Bu Mega Harus Realistis Pilih Pemimpin Nasional, Kombatan: Partai Arogan Lawan Rakyat, Awas Kualat..!

JurnalPatroliNews – Jakarta,- Tren bangkitnya arus bawah memilih calon pemimpin nasional yang tidak lagi lewat sistem dan mekanisme konvensional partai-partai besar di Indonesia balakangan ini, dinilai Ormas Kombatan, tidak hanya membuat para elite penguasa partai shock, atau seperti orang ‘kepanasan’ dibakar terik matahari.

Namun, sekaligus jadi ancaman besar bagi kemapanan organisasi partai politik yang selama ini diuntungkan zaman hingga bisa jadi besar, meski partai dibangun dengan model monarki mirip kekuasan imperium atau kerajaan.

“Kini, zaman telah berubah. Eranya Revolusi Industri 4.0 atau Cyber Phisical System. Pola pikir masyarakat tidak lagi bisa dikadali dengan model konvensional sistem informasi dan komunikasi politik satu arah,” kata Ketua Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Kombatan (Komunitas Banteng Asli Nusantara), Budi Mulyawan alias Cepi dikutip awak media, Selasa (17/01/2023).

Karena itu para elite partai, lanjut Cepi, yang punya integritas negarawan sepatutnya dapat berpikir realistis dan arif. Bukan sebaliknya, politikus senior harus keukeuh mempertontonkan tabiat arogansi kesenioran yang justru identik mengajarkan ego post power syndrome terhadap generasi penerus.

“Jadi aneh, kalau masih ada elite yang tidak sadar bahwa era Cyber Phisical System saat ini berefek keras terhadap bergesernya secara cepat peradaban politik, baik domestik maupun global,” tukas Cepi saat berdiskusi dengan tim Siber DPN Kombatan.

Diskusi internal kali ini, terkait mengkaji pidato Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat HUT partai berlambang banteng moncong putih di JIexpo, Jakarta, bernada merendahkan peran Jokowi sebagai kader partai yang berhasil menjaga dan mengembangkan marwah citra besar partai selama dua periode jadi presiden RI.

“Pak Jokowi kalau gak ada PDIP, kasihan dah!”, celetuk Megawati dengan ekspresi tertawa kecil, sinis ketika pidato politik di HUT PDIP ke-50 di JIExpo, Jakarta, Selasa (10/1/2023).

Cepi kader PDI Perjuangan sejak masih bernama PDI ini menilai, sangat tidak bijak kalau ada elite senior tetap beranggapan bahwa persepsi politik rakyat sekarang ini masih sama dengan zaman politisi berpidato dan berkampanye masal harus di panggung dan nunggu masa kampanye, di layar teve dan radio, atau harus ditulis di koran cetak.

Komentar