Bukan Cuma Resesi Ekonomi, Resesi Seks Hantui Bumi (AS)

JurnalPatroliNews – Jakarta,–  Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa jumlah orang yang melakukan aktivitas seksual di Amerika Serikat (AS) telah menurun cukup tajam dalam 18 tahun terakhir. Terutama di kalangan laki-laki heteroseksual muda.

“Penyebab dari hal itu tidak lain adalah karena kehadiran teknologi, yang salah satunya membuat akses pada konten pornografi lebih mudah didapatkan,” kata psikolog Jean Twenge. Selain itu, keterlambatan umum dalam mencapai tanda-tanda kedewasaan, yang termasuk tinggal di rumah lebih lama, juga turut menjadi penyebab.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada 12 Juni di JAMA, para peneliti menganalisis respons survei antara tahun 2000 sampai 2018 untuk melihat frekuensi aktivitas seksual dan jumlah pasangan seksual untuk pria dan wanita yang berusia antara 18 hingga 44 tahun.

“Dengan sedikit pengecualian, aktivitas seksual menunjukkan penurunan tajam – terutama di kalangan pria muda dan terutama dalam beberapa tahun terakhir.” kata penelitian itu, sebagaimana dilaporkan Axios, dikutip, Minggu (12/7/2020).

Hampir sepertiga dari pria berusia 18-24 melaporkan tidak memiliki pasangan seksual dibandingkan tahun sebelumnya pada 2016-2018, naik dari 18,3% pada 2000-2002. Penurunan itu sangat tajam di antara pria yang menganggur atau melaporkan pendapatan yang lebih rendah.

Selain itu, persentase wanita yang melaporkan tidak ada pasangan seksual juga meningkat selama periode waktu yang sama, meskipun berkurang tajam. Satu-satunya pengecualian adalah wanita berusia 35-44 tahun, jelas laporan itu.

Penelitian itu juga menemukan bahwa frekuensi seksual juga telah menurun di antara orang yang sudah menikah dan orang tua yang mungkin telah mencapai usia dewasa, dan Twenge berpendapat tidak ada hubungan yang jelas antara mengkonsumsi pornografi dan berkurangnya aktivitas seksual kalangan ini.

Twenge mengatakan alasan yang paling masuk akal di sini adalah kehadiran internet. “Dengan segala jenis hiburan digital tersedia sesuai permintaan, waktu yang dihabiskan secara online menggantikan interaksi sosial tatap muka, yang umumnya diperlukan untuk aktivitas seksual.”

Di sisi lain, kehadiran wabah virus corona (COVID-19) juga berpengaruh pada masalah ini. Di mana laporan baru dari Brookings Institution memperkirakan bahwa AS bisa mencatatkan lebih sedikit angka kelahiran tahun depan, yaitu hingga 500.000 penurunan karena wabah COVID-19.

“Intinya: Semakin lama, kita lebih suka “berhubungan” dengan ponsel kita daripada satu sama lain – dan COVID-19 hanya akan mempercepat tren itu.”

Virus corona yang berasal dari Wuhan, China memang telah membuat orang-orang harus menjaga jarak, sebab risiko terinfeksi bisa berujung pada kematian bagi sebagian orang.

AS sendiri hingga kini masih menjadi negara dengan kasus corona terbanyak di dunia, yaitu memiliki 3.355.646 kasus dengan 137.403 kematian dan 1.490.446 sembuh, menurut Worldometers.

[CNBC]

Komentar