GEMPAR Indonesia Luncurkan Aletheia : Yohannes : Pancasila Identitas Aktual Indonesia yang Tak Pernah Kadaluarsa

JurnalPatroliNews, Jakarta – Generasi Muda Pembaharu Indonesia (GEMPAR Indonesia) Menggelar kongres pelantikan dewan Pimpinan Pusat sekaligus peluncuran Akademi Ekonomi dan Politik Indonesia (Aletheia) dengan tema “Kebangkitan Generasi Muda menuju transformasi Indonesia”

Acara yang dilaksanakan di GBi Mawar Sharon, Kelapa Gading itu dihadiri oleh lebih dari 100 peserta yang terdiri dari Pengurus Baru yang akan dilantik, serta para anggota dan simpatisan. Acara ini dibuka oleh Ketua GEMPAR Indonesia periode 2021-2026 Yohannes Harry Douglas Sirait yang menyatakan bahwa para Anggota GEMPAR Indonesia sebagain pemuda harus bergerak dan bertindak sesuai dengan lambang organisasi tersebut yaitu burung Rajawali, jangan hanya berbunyi saja tapi harus dapat terbang jauh dan tinggi menjadi jawaban terhadap tantangan tantangan yang dihadapi Negara Indonesia

“Transformasi indonesia menjadi negara maju akan terjadi jika generasi muda mau bergerak, karenanya GEMPAR hadir sebagain komunitas yang berusaha mentransformasi Indonesia menjadi negara yang lebih baik. Di era yang mendasarkan diri pada yang terbanyak adalah yang paling benar GEMPAR akan tetap konsisten menyatakan bahwa yang benar adalah kebenaran ” ujar Yohannes lebih lanjut, Sabtu (22/05).

Yohannes juga menyatakan GEMPAR percaya dan yakin bahwa pancasila adalah identitas aktual Indonesia yang tak pernah kadaluarsa, selama kita indonesia selama itulah Falsafah hidup kita adalah Pancasila dan berlandaskan uud 1945.

Sementara itu, Wakil Menteri Agama , Zainut Tauhid Sa’adi sebagai Narasumber pada kesempatan ini menyatakan bahwa keberagaman di Indonesia adalah warisan terbaik bangsa.

“Keberagaman itu merupakan modal dan sekaligus warisan terbaik dari bangsa indonesia yang harus senantiasa dijaga, Konflik merupakan kenyataan dari perbedaan namun perlu ditekan karena bermuara pada kekerasan dan itu bertentangan dengan tujuan agama,” ujarnya.

Selain itu, Zainut juga menjelaskan bahwa Moderasi beragama merupakan upaya memberikan jalan tengah agar bangsa Indonesia dengan berbagai latar belakang dapat hidup dan berkembang dengan harmonis karena menjadi moderat bukan tidak teguh pendirian, tapi menjaga kedamaian.

“Pancasila merupakan pemersatu bangsa dengan latar belakang berbeda itu, maka kita juga harus senantiasa menjaga dan melaksanakan nilai nilai luhur Pancasila hingga moderasi kehidupan beragam bisa terlaksana” Ujar Zainut

Dalam acara tersebut dihadiri juga oleh Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Idoelogi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo atau Romo Benny, Belaiu menjelaskan bahwa Nilai kebangsaan dalam era digital mendapatkan banyak tantangan karena ada perebutan ruang publik digital dimana pemutar balikan fakta menjadi perilaku umum. Kita harus kembali pada Pancasila karena Pancasila merupakan roh dan jiwa kita dan menjadi dasar nalar demokrasi yang tidak mengenal kalah menang tapi musyawarah untuk mufakat.

“Dengan nilai nilai pancasila maka demokrasi akan menjunjung martabat manusia,Demokrasi kita adalah yang memperhatikan keutamaan kemanusiaan , bukan sekedar dominasi,” jelas Romo Benny.

Menurutnya Pondasi Indonesia goyah karena pasca reformasi pendidikan Pancasila dihilangkan, Maka anak anak muda perlu sadar bahwa dalam proses berdemokrasi ada yang perlu diperbaiki, khususnya tentang narasi di ruang publik .

Lebih lanjut Romo Benny menyatakan bahwa adab diperlukan dalam berdemokrasi dan berpolitik, kaum muda harus bisa menjadi agen pemutus hoaks, ajakan kebecian, negatifitas dan narasi pemecah karena Bangsa bisa maju jika fokus kepada masa depan dan produktifitas serta tidak terjebak pada reaktifisme dan negatifitas berbasis SARA.

“ Posisi penting Pancasila adalah ketika kita melaksanakannya dan menjadikannya sebagai dasar hidup berbangsa yang tercermin dalam politik, ekonomi dan budaya hingga Indonesia bisa menjadi taman sari dunia dan menjadi contoh nyata bagi dunia tentang bagaimana hidup harmonis dalam perbedaan” pungkas Romo Benny.

(*/lk)

Komentar