JurnalPatroliNews – Jakarta – Peneliti dari Radboud University, Belanda, mengungkap temuan mengejutkan soal usia akhir alam semesta. Berdasarkan riset terbaru mereka, akhir dari segalanya bisa terjadi jauh lebih cepat dari yang selama ini diasumsikan.
Dalam kajian tersebut, para ilmuwan memprediksi alam semesta akan berakhir dalam kurun waktu sekitar satu quinvigintillion tahun, atau angka 1 diikuti 78 nol. Sekilas terdengar sangat lama, namun bila dibandingkan dengan prediksi sebelumnya yang menyebut usia akhir alam semesta mencapai 10⁽¹¹⁰⁰⁾ tahun—angka ini jauh lebih singkat.
Dasar dari perkiraan ini berasal dari teori radiasi Hawking, yang pertama kali dipaparkan oleh fisikawan ternama Stephen Hawking pada tahun 1975. Teori tersebut menjelaskan bahwa partikel dan radiasi bisa keluar dari lubang hitam, menyebabkan objek tersebut kehilangan massa dan akhirnya menguap.
Namun dalam studi anyar ini, para peneliti menemukan bahwa penguapan akibat radiasi tersebut tidak hanya berlaku pada lubang hitam saja. Objek luar angkasa seperti bintang neutron dan katai putih (white dwarf) yang sebelumnya dianggap stabil juga ternyata bisa mengalami proses serupa.
“Selama ini kita menyangka hanya lubang hitam yang bisa menguap. Nyatanya, bintang-bintang padat seperti neutron star dan white dwarf juga perlahan-lahan kehilangan massanya,” jelas Prof. Heino Falcke, kepala tim peneliti sekaligus pakar radio astronomi dari Radboud University, seperti dilansir Daily Mail, Minggu (15/6/2025).
Neutron star dan white dwarf sendiri merupakan fase terakhir dari evolusi bintang. Bila objek-objek ini pun menguap seiring waktu, maka kita dapat memperkirakan titik akhir dari seluruh isi alam semesta.
Kajian ini melanjutkan studi sebelumnya pada tahun 2023, di mana Falcke dan timnya menunjukkan bahwa semua objek dengan gravitasi kuat berpotensi untuk menguap. Menariknya, tingkat penguapan tersebut ditentukan oleh kepadatan objek, bukan sekadar ukurannya.
Meski waktu yang diperkirakan masih sangat jauh dari jangkauan umat manusia, hasil ini membawa penyempurnaan penting terhadap pemahaman kita akan teori radiasi Hawking, yang selama ini menjadi perdebatan panjang di kalangan ilmuwan.
“Kami mencoba menggali teori ini lebih dalam. Dengan meneliti objek-objek ekstrem, kami berharap bisa menemukan jawaban dari misteri seputar radiasi Hawking,” kata Walter van Suijlekom, profesor matematika yang ikut terlibat dalam penelitian ini.
Studi tersebut telah diterima untuk diterbitkan di Journal of Cosmology and Astroparticle Physics dan saat ini tersedia dalam versi pra-publikasi di situs arXiv.
Komentar