Para analis juga mencatat adanya perbedaan pendekatan antara Prabowo dan Jokowi dalam kebijakan luar negeri. Menurut Lina, Prabowo cenderung lebih terbuka dan vokal saat menghadapi masalah, terutama yang berkaitan dengan China.
Keputusan terkait kebijakan luar negeri Prabowo juga akan sangat bergantung pada orang-orang terdekatnya. “Politik luar negeri tidak hanya bergantung pada presiden,” jelas Broto Wardoyo, dosen Universitas Indonesia yang mengkhususkan diri dalam hubungan internasional. Dia menambahkan bahwa lingkaran dalam Prabowo memiliki pandangan yang beragam.
Salah satu orang kepercayaan Prabowo, Hashim Djojohadikusumo, berfokus pada pengembangan ekonomi Indonesia, sementara beberapa pembantu militer lainnya menekankan perlunya memperkuat pertahanan negara. Termasuk di antara mereka adalah Purnawirawan Jenderal Sjafrie Sjamsoeddin, sahabat Prabowo yang kini menjabat sebagai asisten khusus dalam bidang pertahanan.
Broto menilai bahwa Indonesia membutuhkan AS untuk menjaga stabilitas kawasan, sementara dalam konteks ekonomi, China merupakan mitra yang paling signifikan.
Prabowo perlu menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan hubungan dengan kedua negara ini sebagai presiden. “Dia harus memperhatikan kepentingan masing-masing negara, tetapi dalam isu yang berbeda-beda,” kata Broto.
Bisnis dengan China dan AS
Dalam beberapa tahun terakhir, China telah menjadi salah satu mitra dagang utama Indonesia. IMIP, misalnya, didukung oleh perusahaan-perusahaan besar China, termasuk Shanghai Decent Investment, yang merupakan anak perusahaan dari produsen baja ternama, Tsingshan. Perusahaan ini menyatakan keterbukaan untuk menjalin kemitraan dengan perusahaan-perusahaan AS di kompleks industri tersebut.
Menteri Investasi, Rosan Roeslani, menyatakan bahwa Tesla belum berinvestasi di Indonesia karena masih menggunakan bahan bakar fosil. Ia menambahkan bahwa perusahaan tersebut tertarik untuk beroperasi di Indonesia, namun hanya jika sumber energinya bersih.
Di sisi lain, Abdul Kadir Jaelani, seorang pekerja di IMIP, mengungkapkan adanya masalah terkait kondisi kerja yang tidak aman bagi karyawan. Prof. Angel Damayanti, pakar hubungan internasional dari Universitas Kristen Indonesia, mencatat bahwa AS memiliki standar bisnis yang tinggi, sedangkan China lebih fokus pada profitabilitas, sehingga menarik investor AS bisa lebih menantang.
Lina berpendapat bahwa Prabowo akan mampu menjaga keseimbangan hubungan dengan kedua negara, karena Indonesia membutuhkan China untuk bisnis dan AS untuk pengembangan industri pertahanan. “Dengan demikian, Prabowo akan berusaha memelihara hubungan baik dengan keduanya,” pungkasnya.
Komentar