Penampakan Pedang dan Topi Besi Rasulullah SAW

Tak ada manusia yang dalam dirinya terkumpul kesempurnaan kecuali ada pada diri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Banyak riwayat yang menceritakan sisi kepribadian Rasulullah termasuk pakaian dan properti yang dipakai beliau semasa hidupnya.

Selain baju gamis dan rambut, ada beberapa peninggalan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang masih tersimpan rapi hingga sekarang. Di antaranya pedang dan topi besi. Seperti dikutip dari Kitab Asy-Syamail Imam At-Tirmidzi, “Salut hulu pedang Rasulullah SAW terbuat dari perak”. (Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Wahab bin Jarir, dari ayahnya dari Qatadah, yang bersumber dari Anas bin Malik RA).

Penampakan Pedang dan Topi Besi Rasulullah SAW

“Samurah mengaku bahwa ia membuat pedangnya meniru pedang Rasulullah SAW. Sedangkan pedang Rasulullah SAW itu berbentuk Hanafiyya”. (Dari ‘Utsman bin Sa’id yang bersumber dari Ibnu Sirin RA). Pedang Hanafiyya adalah pedang yang dibuat oleh suku Bani Hanifah. Pedang buatan Bani Hanafiah terkenal bagus dan halus pembuatannya.

Baju Besi dan Topi Besi Rasulullah SAW

Penampakan Pedang dan Topi Besi Rasulullah SAW

Dari Yazid bin Khushaifah yang bersumber dari Saib bin Yazid, sesungguhnya Rasulullah SAW pada waktu ghazwah Uhud memakai dua baju besi. Sungguh beliau memakai keduanya secara rangkap.

Ketika Rasulullah memasuki Kota Makkah (pada hari pembebasan), beliau memakai topi besi. Kemudian ditunjukkan orang kepadanya: Ini Ibnu Khathal bersembunyi di dinding Ka’bah disebabkan takut). Nabi SAW bersabda: “Bunuhlah dia!” (Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa’id, dari Malik bin Anas, dari Ibnu Syihab yang bersumber dari Anas bin Malik RA)

Sebenarnya terjemahan topi besi tersebut kurang tepat sebab yang dimaksud topi besi di sini adalah rantai besi yang dijalin rapi, dibuat dengan ukuran kepala kemudian dapasang di dalam kopiah.

Ibnu Khatal ialah seorang dari empat penjahat yang amat memusuhi Islam dan tidak mendapatkan pengampunan umum dari Rasulullah SAW. Tiga lainnya ialah Huwairits bin Nuqaid, Abdullah bin Abi Sarh dan Muqais bin Shababah. Namun, sebelum eksekusi, Abdullah bin Abi Sarh masuk Islam. Dengan demikian Abdullah bin Abi Sarh selamat dari hukuman.

Sarung yang Dipakai Rasulullah SAW
Ummul Mukminin ‘Aisyah RA memperlihatkan kepada kami pakaian yang telah kumal serta sarung yang kasar, seraya berkata:”Rasulullah SAW dicabut ruhnya sewaktu memakai kedua pakaian ini”. (Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani’, dari Ismail, dari Ayub, dari Humaid bin Hilal, dari Abi Burdah yang bersumber dari bapaknya).

Utsman bin Affan RA memakai sarung yang tingginya mencapai setengah betisnya. Utsman berkata: “Demikianlah cara bersarung sahabatku (yakni Nabi SAW)”. (Diriwayatkan oleh Suwaid bin Nashr, dari `Abdullah bin al Mubarak, dari Musa bin Ubaidah, dari Ayas bin Salamah bin al Akwa’ yang bersumber dari bapaknya).

Musa bin ‘Ubaidah, menurut Imam Ahmad periwayatannya tidak sah. “Rasulullah SAW memegang otot betis kakiku dan betis kakinya, lalu bersabda: “Inilah tempat batas sarung. Jika kau tidak suka di sini, maka boleh juga diturunkan lagi. Jika kau tidak suka juga, maka tidak ada hak lagi bagi sarung menutup kedua mata kaki”. (Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa’id, dari Abul Ahwash, dari Abi Ishaq, dari Muslim bin Nadzir, yang bersumber dari Hudzaifah Ibnul Yaman RA). Hudzaifah Ibnul Yaman RA, ia adalah sahabat Rasulullah WA yang masuk Islam sebelum ghazwah Badar.

[sindo]

Komentar