Relawan Militan Ganjar Dirikan “Sejuta Posko Jarwo Presidenku”, Lawan! Penjegal Jokowi jadikan Indonesia Negara Maju

JurnalPatroliNews – Jakarta – Relawan militan Jarwo (Ganjar Pranowo) Center Indonesia, kini terus gencar mengerahkan jaringan Jarwo Center se Indonesia dan luar negeri untuk merealisasikan program “Sejuta Posko Jarwo Presidenku” dan “Dukung Total Ganjar Pranowo Pilpres 2024“. “Adanya program Sejuta Posko Jarwo Presidenku ini akumulasi dari bukti bahwa rakyat bergerak menentukan Presiden 2024 benar-benar pilihan rakyat. Bukan Capres yang dipilih atas dasar rasa suka-suka partai politik sebagai pemegang instrumen Pemilu baik untuk Pilpres maupun Pileg,” kata Ketua Umum Jarwo Center Indonesia, Budi Mulyawan alias Cepi, dikutip awak media, Rabu (8/02/2023).

Cepi yang juga penggagas Ormas Nasionalis Kombatan (Komunitas Banteng Asli Nusantara) menegaskan, rakyat sudah muak menghadapi retorika maupun diplomasi politik ‘top down’ basi terkait Capres 2024. Saat ini, kata Cepi, era rakyat semakin kritis bebas menilai dan memilah siapa figur pemimpin yang hanya untuk kepentingan memperkaya diri maupun mementingkan target kelompok, maupun sebaliknya.

Di sisi lain, lanjut Cepi, rakyat juga semakin melek informasi tentang apa dan bagaimana yang dihasilkan Presiden Jokowi selama memimpin Indonesia dengan target menancapkan pondasi Indonesia menjadi negara maju. Jokowi, menurut Cepi, berhasil membuktikan mampu membangun infrastruktur secara merata di Tanah Air hingga dapat mengambil alih pengelolaan Migas dari kekuasan Asing. Termasuk, mengamankan aset tambang mineral Indonesia dari penjajahan Asing. “Salah satunya, keberanian Presiden Jokowi menyetop Asing menguras habis-habisan sumber daya alam (SDA) seperti nikel sejak era Presiden Soeharto. Karenanya, Indonesia yang kaya raya, namun rakyat tetap miskin dan terus menerus jadi korban pembodohan,” tegas Cepi, yang juga Ketua Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Kombatan, Ormas nasionalis dengan ketua dewan pembina, Sidarta Danusubroto, mantan ajudan Presiden RI-1 Ir Soekarno.

Komentar