Republikorp Siap Dorong Lompatan Industri Pertahanan, Usai Disorot Presiden di Indo Defence 2025

JurnalPatroliNews – Jakarta – Setelah tampil dalam pameran pertahanan bergengsi Indo Defence 2025, perusahaan swasta Republikorp menunjukkan komitmennya untuk ambil bagian dalam penguatan sektor pertahanan nasional, sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto dalam mendorong kemandirian industri pertahanan Indonesia.

Partisipasi Republikorp dalam ajang yang dibuka pada Kamis, 12 Juni 2025 itu tak luput dari perhatian. Pendiri Republikorp, Norman Joesoef, mengungkapkan bahwa booth perusahaan sempat disambangi langsung oleh Presiden Prabowo saat pembukaan acara.

Tak hanya itu, kunjungan penting juga datang dari Wakil Kepala Staf TNI AL, Laksamana Madya TNI Erwin S. Aldedharma, serta Rektor Universitas Pertahanan, Letjen TNI (Purn) Anton Nugroho, pada hari ketiga pameran.

Dalam kesempatan tersebut, Norman mempresentasikan pendekatan strategis bertajuk Trisula Nusantara—sebuah konsep pengembangan industri pertahanan yang menekankan pada kemandirian teknologi nasional serta kemitraan global jangka panjang.

“Model yang kami usung berfokus pada inovasi, integrasi ekosistem industri, serta kolaborasi lintas batas. Ini untuk memastikan pertahanan nasional bertumpu pada kemampuan yang mandiri namun terbuka terhadap teknologi strategis dunia,” jelas Norman dalam pernyataan resminya, Sabtu, 14 Juni 2025.

Menurutnya, ketertarikan Presiden kepada Republikorp muncul karena perusahaan ini aktif menjalin kemitraan internasional dengan pihak-pihak yang memiliki visi serupa dalam pengembangan teknologi militer. Tujuannya jelas: mempercepat transfer teknologi dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam negeri.

“Republikorp hadir sebagai mitra strategis yang mampu menyatukan elemen riset, produksi, dan pelatihan SDM, dengan orientasi pada hasil nyata dan berkelanjutan,” tegas Norman.

Ia juga menyoroti letak geografis Indonesia sebagai negara kepulauan di jantung Indo-Pasifik yang penuh dinamika geopolitik. Hal itu menuntut kesiapan pertahanan yang adaptif dan berbasis kekuatan nasional.

“Dengan posisi strategis dan tantangan kawasan yang kompleks, membangun kekuatan pertahanan berbasis kemampuan dalam negeri bukan lagi pilihan, melainkan keharusan,” pungkasnya.

Komentar