Serukan Perang Total karena Panik Hasil Pilpres AS, Trump Jr Dinilai Sembrono

JurnalPatroliNews – WASHINGTON – Putra tertua Presiden Donald Trump, Donald Trump Jr, menyerukan ayahnya untuk “perang total” di tengah kepanikan atas hasil pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS). Seruan berbahaya ini membuatnya menuai kecaman keras dan dinilai sebagai seruan bodoh dan sembrono.

Hasil pilpres AS saat ini menunjukkan calon presiden (capres) Partai Demokrat Joe Biden meraih 264 electoral votes, unggul atas capres petahana Partai Republik Donald Trump yang meraih 214 electoral votes. Butuh minimal 270 electoral votes bagi seorang capres untuk menang pilpres Amerika.

Donald Trump Jr mengulangi klaim ayahnya bahwa ada kecurangan pemilu, sebuah klaim yang dianggap banyak media Amerika tak berdasar karena tidak disertai bukti.

“Hal terbaik untuk masa depan Amerika adalah Donald Trump berperang total atas pemilihan ini untuk mengungkap semua penipuan, kecurangan, mati/tidak lagi di pemilih negara bagian, yang telah berlangsung terlalu lama,” tulis Donald Trump Jr di Twitter.

Posting itu dengan cepat disembunyikan oleh pihak Twitter dengan peringatan berbunyi; “Beberapa atau semua konten yang dibagikan di Tweet ini disengketakan dan mungkin menyesatkan tentang pemilu atau proses sipil lainnya”.

Donald Trump Jr dengan cepat mengecam perusahaan media sosial itu karena menyembunyikan tweet-nya, dengan menulis: “Twitter menyensor dan tentu saja menandai ini.”

“Mengapa kita tidak ingin mencari tahu apakah hal-hal ini ada? Jika tidak, maka kami tidak akan menemukan apa-apa dan orang-orang mungkin bisa mendapatkan kembali kepercayaan pada proses yang tidak ada sekarang,” lanjut dia.

“Mengapa mereka menentang menemukan potensi penipuan?,” imbuh putra presiden Trump.

Putra tertua presiden, yang telah mendorong teori konspirasi di Twitter di masa lalu, dengan cepat dikecam karena seruannya untuk “perang total” yang dicap “sembrono”.

“Sayangnya, tidak ada seorang pun di pihak GOP (pemerintah)—setidaknya tidak ada seorang pun yang memiliki pengaruh—memiliki ketabahan untuk memberi tahu Don Jr untuk mengontrol,” tulis jurnalis Sam Stein dalam tweet-nya.

“Menyerukan ‘perang total’ adalah lebih dari sembrono. Dan seseorang harus mencoba dan mematikannya,” lanjut dia.

“Ketika pendukung Anda membeli senjata, dan muncul pada penghitungan suara dengan senjata, banyak yang akan menolak hasutan untuk melakukan kekerasan dengan mendesak ‘perang total atas pemilihan ini’,” tulis jurnalis politik, Mehdi Hasan, dalam sebuah tweet, merujuk pada sebuah insiden baru-baru ini di mana para pendukung Trump yang bersenjatakan senjata api berkerumun di luar gedung tempat penghitungan suara.

Pejabat di Maricopa County, Arizona, terpaksa menutup fasilitas tersebut dari media dan publik karena masalah keamanan setelah pendukung Trump, banyak dari mereka bersenjata, berkumpul di luar gedung.

Sementara itu, di Clark County, Nevada, pencatat pemilih Joe Gloria mengatakan dia prihatin dengan keselamatan stafnya saat pengunjuk rasa berkumpul di luar gedung penghitungan pemilihan di sana pada hari Rabu lalu.

“Saya dapat memberi tahu Anda bahwa istri dan ibu saya sangat memperhatikan saya,” kata Gloria, seperti dikutip Forbes. “Saya prihatin dengan keselamatan staf kami.”

Joe Walsh, pendiri Bravery Project, yang diluncurkan oleh mantan anggota Partai Republik untuk mengalahkan Trumpisme, juga membidik Trump Jr atas komentarnya, dengan mencap putra tertua presiden itu sebagai orang bodoh.

“Jr kecil bodoh menyerukan perang,” tulis Walsh, seperti dikutip The Independent, Sabtu (7/11/2020). “Dia dan ayahnya dan semua yang lain akan memiliki darah di tangan mereka.”

Donald Trump Jr, bagaimanapun, tidak sendirian dalam memicu kekerasan. Tim kampanye Trump juga mengirimkan email kepada pendukung yang meminta mereka untuk “bertahan” atas klaim tak berdasar bahwa Demokrat telah mencoba untuk “mencuri” pemilu.

“Saya meminta Anda untuk maju dan kembali bertahan,” bunyi email tersebut. “Dukungan Anda sangat penting sekarang.”

Berbicara dari Gedung Putih pada hari Kamis lalu, Trump sekali lagi mengulangi klaimnya bahwa penghitungan suara yang dikeluarkan secara resmi akan membuatnya menjadi pemenang pilpres AS.

“Ini adalah kasus di mana mereka mencoba mencuri pemilu. Mereka mencoba mencurangi pemilihan,” kata presiden Trump tanpa menunjukkan bukti.

(sdn)

Komentar