Sikap Negarawan Jelas Beda dengan Politisi Baperan

Oleh: Andre Vincent Wenas

Fenomena Jokowi ini memang unik. Ia oleh partainya sendiri (PDI Perjuangan) cuma diposisikan sebagai “petugas partai” (walau saat itu posisinya sudah jadi presiden) yang oleh para pendukungnya (Jokowers) ia lebih baik dan lebih tepat disebut “petugas rakyat” ketimbang “petugas partai”.

Dalam perbincangan atas “pertarungan politik” diantara para elite ia akhirnya diposisikan oleh komponen petinggi PDI Perjuangan sebagai “pengkhianat”.

Namun toh Jokowi tetap punya wibawa sendiri yang dalam pendekatan buku “The Seven Habits of Highly Effective People” karya Steven Covey, tabungan “emotional bank account”-nya sangat besar di hati rakyat Indonesia. Bahkan kredibilitas internasionalnya pun boleh dibilang sangat tinggi.

Singkat cerita, Pemilu 2024 lalu membuktikan, kemana arah telunjuk Jokowi mengarah maka kesitu pula mayoritas rakyat Indonesia berpaling. Prabowo-Gibran memenangkan kontestasi dengan 58 persen, ini fakta keras yang tak terbantahkan.

Cukup satu putaran untuk memporak porandakan kampanye hitam dan cawe-cawenya antek asing yang ingin menjegal Indonesia jadi negara maju. Mereka bersama-sama kelompok penyinyir dan sakit hati ramai-ramai mengejek sebutan “Indonesia Emas” menjadi “Indonesia Cemas”.

Tapi Prabowo Subianto tak sungkan-sungkan untuk mendeklarasikan bahwa dirinya adalah sebagai pelanjut Jokowi. Statement ini terbukti ampuh memenangkan kontestasi pemilu. Fenomena ini juga sekaligus membuktikan bahwa mayoritas rakyat Indonesia memang puas dengan kinerja Jokowi, sehingga siapa pun yang mau melanjutkan kerja-kerja baik Jokowi pasti didukung rakyat.

Dengan terus konsisten berasosiasi dengan Jokowi, akhirnya Survei Indikator Politik Indonesia yang paling baru (Oktober 2024) memperlihatkan, sebanyak 85,3 persen responden yakin Presiden Prabowo Subianto mampu memimpin Indonesia selama lima tahun ke depan.

Para pendukung Jokowi yang juga bermetamorfosis jadi pendukung Prabowo tetap yakin, bahwa Jokowi biar bagaimana pun tidak akan membiarkan Prabowo untuk berjalan sendirian. Mengutip slogan kesebelasan Liverpool “You Never Walk Alone”. Statement paling jelas adalah eksistensi Gibran di posisi wakil presiden.

Seberapa pun keras dan kasarnya para pembenci (dan penyinyir) yang cuma segelintir itu berusaha memecah belah Prabowo dari Gibran (atau dengan Jokowi), terbukti sia-sia. Prabowo malah pasang badan buat Gibran.

Dan Gibran juga tidak menggubris para penyinyir itu, ia sibuk kerja… kerja… kerja… (etos kerja Jokowi). Melaju terus mendukung program Presiden Prabowo. Dan ini malah bikin para penyinyir itu makin frustrasi.

Komentar