Soal Presiden Baru & EV, Ini Bisikan Luhut ke Jokowi

JurnalPatroliNews – Jakarta, – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyerukan untuk memilih Calon Presiden RI (Capres) di tahun 2024 yang benar-benar paham akan isu yang ada saat ini.

Khususnya berkaitan dengan isu sumber daya alam yang ada di Indonesia, demi pengembangan atau nilai tambah yang lebih besar. Sebagai contoh, industri hilirisasi nikel di dalam negeri.

Ia menyatakan, pasca Indonesia melarang ekspor bijih nikel ke luar negeri, nilai ekspor nikel berhilirisasi dari Indonesia menembus US$ 34 miliar. Bahkan, hal itu akan kembali meningkat dengan industri turunannya berupa pengembangan baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle).

“Ekspor ini mungkin akan dobel. Jadi dampak ekonominya sangat besar,” terang Menko Luhut dalam Seminar Nasional IKAXA 2023, di Jakarta, Kamis (14/9/2023).

“Dampaknya itu teman-teman. This country is gonna be very rich country i telling you. Asal di tata dengan baik, jadi milih presiden itu milih Presiden yang benar jangan berpolitik, Presiden yang paham ini. Pak Jokowi saya brief ini loh pak dampak angka-angka tahun 2030 kita punya income per kapita US$ 10 ribu GDP kita US$2,5 triliun itu gak akan ini kalau kita kerjakan semua,” ungkap Luhut.

Berkaitan dengan pengembangan kendaraan listrik, bahwa pengembangan EV di tanah air memang masih banyak kekurangan. Namun pemerintah terus melakukan perbaikan.

Yang jelas, kata Menko Luhut, Indonesia merupakan pasar otomotif terbesar di ASEAN, sehingga pengembangan EV menjadi hal yang sangat penting. Maklum, jika dibandingkan dengan penduduk Indonesia yang mencapai hingga 282 juta di tahun 2023.

“Jadi pasar kita besar sekali, sepeda motor juga. Jadi kalau kita kurang, pasti kurang lah. Mana ada yang sempurna, kalau mau sempurna ke Surga saja. Kalau di dunia masih banyak kurangnya kita perbaiki,” ungkap Menko Luhut dalam Seminar Nasional IKAXA 2023, di Jakarta, Kamis (14/9/2023).

Menko Luhut menyampaikan, dampak industri otomotif sangat penting. Ia mencatat nilai ekspor otomotif Indonesia mencapai US$ 5 miliar lebih. Maka dari itu, ekspor otomotif ini menjadi peluang untuk Indonesia mengembangkan kendaraan EV.

“PDB kita pengaruhnya 4%, sangat besar sekali, juga 1,5 juta pekerja. Jadi ini menurut saya kita gak boleh terlambat kalau ada yang kurang kita perbaiki ramai-ramai, kayak LRT pintunya ini memang awal-awal saya bilang pak kita bikin dalam negeri ada yg bilang kurang bagus, orang mau bagus kan harus mulai dulu,” ungkap Luhut.

Saat ini, penguasaan pasar kendaraan listrik terbesar di kuasai oleh China yang mencapai 29%, kemudian Eropa mencapai 21%, Amerika 6%, Thailand 4% dan Indonesia 1%.

Komentar