JurnalPatroliNews – New York, – Amerika Serikat (AS), abstein dalam pemungutan suara (Voting) resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB, terkait gencatan senjata Gaza, pada Selasa lalu. AS, dengan tidak mengeluarkan hak Vetonya, berarti resolusi gencatan senjata bakal lolos disahkan dengan suara 14-0.
Disahkannya resolusi tersebut, akan meningkatkan tekanan diplomatik terhadap Israel, agar segera menghentikan serangannya melawan Hamas di Gaza.
Sikap abstein AS sebagai sekutu utama, memicu kemarahan Pemerintah Israel. Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri (PM) Israel, akhirnya membatalkan rencana kunjungannya ke Washington.
Mengutip Livemint, keputusan AS untuk mengubah posisinya di DK PBB, tidaklah tiba-tiba seperti yang terlihat. Di mana sebelumnya, Pemerintahan AS mengeluarkan banyak peringatan, untuk mempertimbangkan kembali posisi mereka, ketika jumlah korban jiwa warga sipil meningkat di Gaza hingga menewaskan lebih dari 32.000 orang.
Selain itu, AS juga prihatin dengan pernyataan beberapa Menteri Israel, yang berbicara tentang adanya rencana pemukiman warga Israel, kembali di Gaza.
tentunya, Ini tak sesuai dengan pengakuan AS sendiri, yang mengakui solusi dua negara, Israel dan Palestina.
“Retorika ini menghasut dan tidak bertanggung jawab. Kami telah diberitahu berulang kali dan konsisten oleh pemerintah Israel, termasuk oleh Perdana Menteri, bahwa pernyataan seperti itu tidak mencerminkan kebijakan pemerintah Israel,” ujar Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan.
Pemilu Presiden (Pilpres) AS 2024 mendatang, juga mempengaruhi sikap Negeri Paman Sam tersebut. Di mana, Presiden Joe Biden akan bersaing melawan kandidat Partai Republik dan mantan Presiden Donald Trump.
Sikap Biden ini, tentunya dapat mempengaruhi dukungan warga AS ke dirinya. Sejak akhir 2023, popularitas Biden terus turun ke rekor terendah.
Kemudian, masih menurut Livemint, AS prihatin dengan rencana Israel menyerbu Rafah, yang merupakan tempat perlindungan terakhir warga Palestina di Gaza.
Gedung Putih telah memperingatkan Israel, bahwa operasi apa pun di Rafah dapat menyebabkan pembantaian karena wilayah kecil tersebut menampung lebih dari 1 juta orang.
Kamala Harris, Wakil Presiden AS, pernah memperingatkan pada hari Minggu, bahwa rencana Israel untuk melancarkan serangan darat di Rafah, dapat menimbulkan konsekuensi serius. Meski demikian, Netanyahu tetap pada strategi ini, seraya menyebut agenda menghancurkan Hamas.
Adapun Opini publik di AS, yang berkembang pesat soal bantuan Militer kepada Israel, di tengah permasalahan ekonomi di Amerika, mendapat reaksi keras pada Sabtu, bisa berdampak Pemerintahan Joe Biden dalam Pemilihan Presiden AS.
Komentar