Afghanistan: Krisis Kemanusiaan, Keluarga Menjual Bayi Demi Sesuap Nasi, Hampir Setengah Penduduk Terancam Kelaparan

Jalan ke depannya sangat sangat mengkhawatirkan mendekati akhir tahun ini, dan tahun depan Afghanistan akan berada dalam krisis atau keadaan darurat atau risiko krisis kemanusiaan luar biasa,” papar Richard.

Banyak orang Afghanistan sekarang menjual barang-barang mereka untuk membeli makanan.

Pemerintah Taliban dilarang mengakses aset luar negeri, karena banyak negara-negara sedang mempertimbangkan bagaimana membangun kesepatakan dengan kelompok garis keras tersebut. Hal ini mengakibatkan gaji pegawai negeri dan pekerja lainnya terhenti.

“Sudah lebih dari lima bulan sejak saya menerima gaji saya,” kata seorang guru di Herat kepada BBC.

“Hidup sangat sulit. Saya menjual apa pun di rumah. Kami menjual hewan kami, menebang pohon kami untuk menjual kayu.”

“Orang-orang miskin di sini,” kata seorang pria di Kandahar. “Kemarin saya melihat seorang perempuan yang mengunjungi tempat pembuangan sampah di sebuah hotel lokal, mengumpulkan sisa-sisa makanan.

Saya bertanya kepadanya mengapa dia melakukan itu dan dia mengatakan bahwa dia tidak punya solusi lain, dia berusaha mencari makanan untuknya dan anak-anaknya.”

WFP memperingatkan bahwa badai salju pada musim dingin meningkatkan risiko semakin terisolasinya warga Afghanistan yang bergantung pada bantuan.

Dan untuk pertama kalinya di Afghanistan, penduduk di kota merasakan dampak kerawanan pangan pada tingkat yang sama seperti masyarakat pedesaan, kata organisasi itu.

“Penting bagi kami untuk bertindak secara efektif dan efisien untuk mempercepat dan meningkatkan pengiriman ke Afghanistan sebelum musim salju melanda sebagian besar negara itu, dengan jutaan orang – termasuk petani, perempuan, anak kecil dan orang tua – kelaparan ketika musim dingin,” kata QU Dongyu, direktur Organisasi Pangan Dunia (FAO) PBB.

Pada bulan September, WFP memperingatkan bahwa hanya lima persen keluarga Afghanistan yang mendapat cukup makan setiap hari. Bahan-bahan pokok seperti minyak goreng dan gandum mengalami kenaikan harga.

Pada bulan Oktober, organisasi tersebut memperingatkan bahwa jutaan anak berisiko meninggal akibat kekurangan gizi akut tanpa pengobatan.

Pada bulan September, lebih dari US$1 miliar (Rp14,1 triliun) telah dijanjikan oleh komunitas internasional pada sebuah konferensi di Jenewa untuk membantu warga Afghanistan dan sepertiga dana itu akan disumbangkan melalui WFP.

Tetapi menurut WFP pada hari Senin (25/10), program bantuan kemanusiaan PBB itu baru mencapai sepertiga kebutuhan dananya.

Organisasi tersebut mengatakan bahwa mereka membutuhkan US$220 juta dollar (Rp3,1 triliun) per bulan untuk tetap beroperasi, dan menyebut komitmen keuangan saat ini ibarat “tetesan air di samudera”.

Krisis pangan di Afghanistan diperparah dengan terjadinya kekurangan air dan musim kemarau yang parah – sudah kali kedua dalam empat tahun.

Komentar