Ditengah Ketegangan! Tiba-tiba AS Puji China & Mau Tiru Kisah Suksesnya, Ada Apa?

JurnalPatroliNews – Jakarta – Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan China masih terus menemui babak baru. Keduanya bahkan saling tuding telah mendapatkan ancaman keamanan yang serius.

Namun, dalam sebuah momen yang langka, seorang pejabat AS, Menteri Energi Jennifer Granholm mengatakan pada Jumat lalu bahwa Washington dapat belajar dari apa yang dilakukan China untuk memerangi perubahan iklim. Pujian Granholm sangat kontras dengan retorika pemerintahan Biden baru-baru ini terhadap Beijing.

Dalam sebuah wawancara di festival South By Southwest di Texas, Granholm mengatakan bahwa “China sangat sensitif terhadap masalah iklim, dan telah berinvestasi banyak dalam solusi mereka, untuk mencapai tujuan mereka”.

“Kami berharap, Anda tahu, kita semua bisa belajar dari apa yang dilakukan China,” tambahnya dalam wawancara itu, dikutip dari Russia Today, Senin (13/3/2023).

pujian seperti itu untuk Beijing makin jarang dari kabinet Presiden Joe Biden. Diketahui, ketegangan dengan Beijing meningkat secara dramatis sejak Biden menjabat.

Pemimpin AS telah berulang kali menyarankan bahwa dia akan mendukung gerakan kemerdekaan Taiwan dengan kekuatan militer, sambil mengalokasikan hampir $10 miliar anggaran militer tahun depan untuk memperkuat kehadiran AS di Pasifik.

Sementara itu, Biden mengancam akan memberikan sanksi kepada Beijing atas dugaan dukungan untuk Rusia, dan baru-baru ini melarang aplikasi TikTok yang dikembangkan China dari perangkat pemerintah AS.

Pembekuan hubungan antara Washington dan Beijing juga secara langsung mempengaruhi kebijakan iklim, dengan China menangguhkan pembicaraan bilateral tentang pengurangan gas rumah kaca setelah kunjungan ke Taiwan oleh Ketua DPR saat itu Nancy Pelosi Agustus lalu.

Atas pernyataan ini, Partai Republik menyerang Granholm. Salah satu kader itu yang juga anggota kongres, Austin Pfluger, menuduhnya “secara lahiriah memihak China melawan produsen energi Amerika”.

Serupa, anggota kongres Partai Republik asal Iowa, Ashley Hinson, menyebut China sebagai “pencemar terbesar dunia” dan menuntut agar pemerintahan Biden “berhenti menganggap kebohongan China begitu saja dan membuat Beijing bertanggung jawab atas hal ini.”

China adalah penghasil karbon dioksida terbesar di dunia. Negeri Tirai Bambu melepaskan lebih banyak CO2 setiap tahun daripada gabungan lima negara di bawahnya.

Meski begitu, China juga menginvestasikan US$ 546 miliar dalam energi bersih. Ini hampir empat kali lipat dari jumlah yang diinvestasikan oleh AS.

Komentar