Fokus Jalin Kontak Damai dengan Taliban, Rusia Tidak Akan Kerahkan Pasukan ke Afghanistan

JurnalPatroliNews Jakarta – Rusia tidak berniat mengerahkan pasukan ke Afghanistan atau meningkatkan kehadiran militernya di kawasan itu sebagai tanggapan atas pengambilalihan negara oleh Taliban akhir pekan lalu (Minggu, 15/8). Sebaliknya, Rusia akan berfokus pada pembukaan saluran diplomatik dengan Taliban.

Hal itu diutarakan oleh Wakil kepala Kementerian Luar Negeri Rusia Alexander Pankin dalam pernyataan pers pada Kamis (19/8). Dia menjelaskan, pihaknya juga tidak mempertimbangkan untuk meningkatkan penempatan pasukan melalui kesepakatan militernya dengan negara-negara tetangga Afghanistan, seperti Tajikistan.

Tajikistan yang berbatasan dengan Afghanistan adalah anggota dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang didukung Rusia. Organisasi itu mengikat bekas Republik Soviet untuk saling membela. Namun Pankin menegaskan, saat ini tidak perlu negara anggota organisasi itu untuk unjuk kekuatan dalam menanggapi potensi ketidakstabilan di Asia Tengah.

Namun, kata Pankin bukan berarti Rusia tidak mempersiapkan langkah-langkah radikal jika dibutuhkan.

Hal senada juga diungkapkan oleh pejabat top Rusia lainnya, yakni Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Izvestiya Moskow pada hari yang sama. Dia menegaskan, Rusia tidak akan mengerahkan pasukan ke Afghanistan.

“(Sebaliknya) Rusia akan bekerja dengan mitra dan terutama menekankan upaya politik dan diplomatik… (untuk) menyelesaikan masalah secara damai,” tegasnya.

Penegasan itu dibuat oleh para pejabat tinggi Rusia usai presiden kelompok Diaspora Afghanistan Rusia, Gulam Mohammad Jalal mengatakan kepada kantor berita Interfax pada hari Rabu (18/8) bahwa sejumlah besar orang di Afghanistan ingin melarikan diri ke Moskow.

“Situasi saat ini di Afghanistan rumit. Ada beberapa orang yang ingin datang ke Rusia, tetapi karena tidak ada kemampuan teknis, penerbangan sipil di bandara Kabul ditangguhkan, kami belum dapat menanggapi seruan dan permintaan ini,” terangnya.

Taliban menduduki Kabul dan mendepak pemerintahn Presiden Asgraf Ghani akhir pekan ini. Mereka memperoleh keuntungan teritorial yang cepat di seluruh negeri ketika Amerika Serikat menarik pasukannya dari Afghanistan.

Ghani sendiri saat ini melarikan diri ke Uni Emirat Arab. Namun, dia sekarang mengklaim berpartisipasi dalam pembicaraan yang dapat membuatnya kembali sebagai bagian dari pemerintah persatuan yang inklusif.

Sementara itu, utusan khusus Presiden Rusia Vladimir Putin untuk Afghanistan, Zamir Kabulov, telah mengisyaratkan bahwa Moskow dapat bersiap untuk mengakui Taliban sebagai pemerintah negara yang sah.

“Jika kita membandingkan betapa mudahnya bernegosiasi sebagai kolega dan mitra, maka bagi saya Taliban tampaknya jauh lebih siap untuk negosiasi daripada pemerintah boneka Kabul (yang didukung Amerika Serikat),” ujarnya, seperti dimuat Russia Today.

Komentar