JurnalPatroliNews – Jakarta – Kutub Selatan kembali mengungkap rahasia kehidupan yang menakjubkan. Di perairan McMurdo Sound, Antartika, para ahli menemukan spesies spons raksasa yang diyakini sebagai salah satu hewan tertua di bumi. Spons yang disebut sebagai Anoxycalyx joubini ini memiliki usia sekitar 15.000 tahun.
Anoxycalyx joubini adalah sejenis hewan invertebrata yang tidak memiliki kemampuan untuk berpindah tempat. Meski tampak sederhana, spons ini memiliki peran ekosistem yang signifikan, seperti menyediakan tempat berlindung bagi organisme kecil di sekitarnya. Selain itu, spesies ini dikenal karena daya tahannya yang luar biasa terhadap kondisi ekstrem.
Secara fisik, spons ini dapat tumbuh dengan diameter mencapai 1,5 meter dan tinggi sekitar 1,95 meter. Mereka hidup di kedalaman laut antara 15 hingga 144 meter. National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mencatat bahwa spesies ini memiliki struktur kerangka yang mampu beradaptasi dengan lingkungan keras seperti batuan dasar maupun sedimen lunak berupa lumpur dan pasir.
“Beberapa spons bahkan ditemukan melekat pada benda-benda yang mengambang di lautan. Jarang sekali mereka ditemukan melayang bebas,” ungkap NOAA dalam laporan terbarunya pada Sabtu (15/2/2025).
Spons memiliki sistem penyaringan air yang unik. Air yang masuk melalui pori-pori di permukaannya akan membantu spons menyerap makanan dan oksigen, serta membuang limbah. Di dalam tubuhnya terdapat flagella, yaitu struktur mirip rambut yang membantu menciptakan arus untuk menangkap partikel makanan.
Selain daya tahan fisiknya, faktor lingkungan seperti suhu yang sangat dingin dan stabil di perairan Antartika turut berkontribusi pada umur panjang spons ini. Kondisi tersebut memperlambat metabolisme, yang memungkinkan spesies ini hidup jauh lebih lama dibandingkan organisme laut lainnya.
Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa usia Anoxycalyx joubini bahkan bisa mencapai 23.000 tahun berdasarkan model pertumbuhan. Ada pula spekulasi yang menyebutkan kemungkinan usia hingga 40.000 tahun, meskipun angka tersebut masih diperdebatkan oleh ilmuwan.
Keberadaan spons ini juga membuka wawasan baru mengenai sejarah geologis Antartika. Ahli biologi kelautan Susanne Gatti dalam sebuah makalah tahun 2002 menjelaskan bahwa perubahan permukaan laut selama Zaman Es Terakhir (sekitar 18.000 hingga 22.000 tahun lalu) mungkin telah membuat habitat spons ini lebih dangkal dan terpapar udara, yang berarti kemungkinan usia mereka terbatas hingga 15.000 tahun.
Dengan temuan ini, ilmuwan terus mempelajari bagaimana spons raksasa ini bisa bertahan dalam kondisi ekstrem dan apakah ada kemungkinan spesies serupa yang lebih tua masih tersembunyi di dasar lautan.