Inventor yang Menyesali Temuan Mereka, Dari Bapak Bom Atom Hingga Penemu Dinamit dan Senapan AK-47: ‘Tangan Saya Berlumuran Darah’

JurnalPatroliNews – Empat tokoh berhasil mewarnai sejarah peradaban manusia melalui temuan di bidang fisika, teknik sipil, biologi, dan pertahanan.

Namun, belakangan empat tokoh ini mengaku menyesal karena temuan mereka juga menyebabkan kerusakan dan tewasnya ratusan ribu orang.

Berikut perjalanan J. Robert Oppenheimer yang dikenal sebagai bapak bom atom, Mikhail Kalashnikov sang penemu senapan serbu AK-47, Alfred Nobel yang menemukan dinamit, dan Arthur Galston, yang hasil penelitiannya dipakai untuk membuat senjata perang Agen Oranye.

Oppenheimer mengatakan “tangannya berlumuran darah” dan Kalashnikov di masa-masa akhir kehidupannya sangat menyesalkan senapan AK-47 menjadi penyebab tewasnya banyak orang.

1. J. Robert Oppenheimer, bapak bom atom: ‘tanganku berlumuran darah’

Oppenheimer (1904-1967) adalah ahli fisika teori berkebangsaan Amerika Serikat.

Saat Amerika menjalankan Proyek Manhattan — penelitian di era Perang Dunia II untuk membuat senjata nuklir — Oppenheimner menjabat sebagai direktur Laboratorium Los Alamos dan bertanggung jawab melakukan riset dan desain bom atom.

Dari sini ia mendapat julukan ‘bapak bom atom’.

Keputusan AS mengembangkan bom atom antara lain didorong oleh surat yang dikirim fisikawan kenamaan Albert Einstein kepada Presiden AS Franklin Roosevelt, yang memperingatkan kemungkinan munculnya bencana kemanusiaan jika NAZI berhasil mengembangkan dan membuat bom atom.

Ketika Proyek Manhattan diluncurkan pada kuartal ketiga 1942, penelitian Oppenheimer tentang bom atom sudah sangat dalam.

Pada tahun-tahun sebelumnya ia sudah melakukan riset tentang neutron cepat dan melakukan kalkulasi berapa banyak meterial yang dibutuhkan untuk membuat bom dan seberapa besar efisiensinya.

Jenderal Leslie Groves, direktur Proyek Manhattan, mengakui kepiawaian Oppenheimer.

Ahli sejarah Alex Wellerstein mengungkapkan Oppenheimer terlihat dalam setiap tahapan penting pengembangan bom atom.

“Ia sendiri yang memutuskan bagaimana sebaiknya bom atom digunakan. Ia meminta agar bom atom tidak dijatuhkan di kota-kota besar. Ia juga masuk dalam komite yang memutuskan di mana saja bom-bom atom akan dijatuhkan,” kata Wellerstein.

Kurang dari tiga tahun setelah Groves menunjuk Oppenheimer sebagai direktur pengembangan senjata, Amerika menjatuhkan dua bom atom di Jepang.

Jumlah korban meninggal di kedua kota ini antara 129.00 hingga 226.000 orang.

Tingginya korban akibat bom ini membuat Oppenheimer sangat menyesal.

Dua bulan setelah bom atom dijatuhkan di Jepang, Oppenheimer mundur dari jabatannya sebagai direktur Laboratorium Los Alamos.

Pada 1947 hingga 1952 ia menjabat sebagai penasihat Komisi Energi Atom Amerika Serikat, posisi yang ia manfaatkan untuk mendorong perlunya kontrol internasional untuk mencegah proliferasi senjata nuklir dan juga mendesak penghentian perlombaan senjata antara AS dan Uni Soviet.

Sebelum bom atom memporak-porandakan Hiroshima dan Nagasaki, masing-masing pada 6 dan 9 Agustus 1945 yang menewaskan puluhan ribu orang, Oppenheimer pernah berujar, yang kemudian banyak diterjemahkan sebagai penyesalan.

Pada 16 Juli 1945 tim Oppenheimer berhasil melakukan uji coba ledakan bom atomi Alamogordo, New Mexico.

Pagi itu, dari kejauhan, ia melihat efek ledakan berupa awan jamur yang membumbung tinggi ke angkasa.

Ia berujar, “Saya teringat dengan kalimat di kitab Hindu, Bhagavad-Gita … ‘Sekarang saya menjadi Kematian, sang penghancur dunia’.”

Pada Oktober 1945, ia bertamu ke Presiden AS Harry S. Truman dan mengatakan karena bom nuklir di Jepang, tangannya sekarang berlumuran darah.

Sang presiden menampik kata-kata Oppenheimer. Truman mengatakan darah itu ada di tangannya dan biarlah dirinya yang bertanggung jawab.

Komentar