JurnalPatroliNews – Jakarta – Di hadapan ratusan Tentara Rakyat Korea Utara, Pemimpin Kim Jong-un menegaskan bahwa Korea Selatan kini dianggap sebagai negara “asing” dan “musuh.” Pernyataan ini disampaikan pada Jumat (18/10) dan semakin menguatkan keputusan Pyongyang untuk mengabaikan gagasan reunifikasi kedua negara.
Meskipun Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis masih dalam keadaan perang, hubungan keduanya selama ini dianggap memiliki tujuan khusus yang mengarah pada reunifikasi.
Namun, pada Januari lalu, Kim telah menyebut Seoul sebagai “musuh utama” dan kini menggambarkan hubungan tersebut sebagai “hubungan jahat.” Hal ini ditunjukkan dengan tindakan menghancurkan infrastruktur penghubung antara kedua negara.
Sejak pekan lalu hingga Selasa (15/10), Pyongyang telah menghancurkan sejumlah jalan dan rel kereta api yang menghubungkan dengan Korea Selatan.
Dalam perkembangan terbaru, konstitusi Korea Utara kini secara resmi melabeli Korsel sebagai “negara musuh.” Kim meminta tentaranya untuk menganggap Korea Selatan sebagai negara asing dan musuh.
“Tentara kita harus mengingat sekali lagi fakta yang jelas bahwa Korea Selatan adalah negara asing dan negara yang tampaknya bermusuhan,” kata Kim di hadapan Korps ke-2 Tentara Rakyat Korea, seperti dikutip dari AFP.
Kim menambahkan bahwa penghancuran infrastruktur menandakan akhir dari “hubungan jahat” dengan Seoul. “Penghancuran jalan raya dan rel kereta api berarti akhir dari hubungan jahat dengan Seoul. Ini adalah penghapusan total gagasan reunifikasi yang tidak masuk akal,” ungkap Kim Jong-un.
Kim juga mengisyaratkan bahwa tentara Korea Utara akan siap membalas jika diperlukan, melawan negara yang dianggap bermusuhan, bukan sesama warga negara. Laporan berita dari KCNA mencatat pernyataan tersebut dengan tegas.
Pekan lalu, Korea Utara mengadakan pertemuan penting di parlemen, di mana beberapa ahli memperkirakan akan ada revisi konstitusi. Pada Kamis (17/10), Kim juga meninjau rencana aksi militer untuk mengatasi situasi terkini.
Sementara itu, militer Korea Selatan telah merilis video yang menunjukkan penghancuran jalan dan rel kereta tersebut. Pyongyang kemudian menggunakan rekaman ini di media pemerintahnya, yang memicu sengketa hak cipta. Korsel menuduh Korut menggunakan materi tersebut tanpa izin, namun Korut membantahnya.
Dalam perkembangan lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan bahwa intelijennya menunjukkan Korut sedang melatih 10 ribu tentara untuk membantu Rusia dalam perang melawan Kiev.
Komentar