Dalam sistem keamanan nasional, Korea Selatan menggunakan perangkat manajemen yang memungkinkan deteksi dini terhadap ancaman siber. Salah satu komponen penting adalah tim tanggap darurat siber, KrCERT/CC, yang bertugas secara aktif memonitor potensi serangan dan melindungi negara.
Pada 12 Mei 2024, penyelidikan pemerintah Korea Selatan mengungkap bahwa kelompok peretas Korea Utara, Lazarus, berhasil menyusup ke jaringan komputer pengadilan selama lebih dari dua tahun. Pencurian data yang terjadi mencapai 1.014 GB, meskipun hanya 0,5% dari jumlah tersebut yang dipastikan bocor, termasuk informasi pribadi seperti rincian pendaftaran penduduk dan dokumen resmi lainnya.
Insiden ini merupakan kali pertama kelompok peretas Korea Utara menargetkan catatan pengadilan Korsel. Pemerintah Korea Selatan, melalui Badan Intelijen Nasional dan Kantor Investigasi Nasional, menyimpulkan bahwa Lazarus, yang terkait dengan badan intelijen Korea Utara, berada di balik peretasan tersebut, yang terjadi antara Januari 2021 hingga Februari 2023.
Komentar