Makan Pisang ‘Secara Provokatif’ di Tiktok, Video Viral yang Berujung Pada Deportasi Pendatang Asal Suriah di Turki

JurnalPatroliNews – Turki mendeportasi setidaknya tujuh imigran dari Suriah setelah mereka mengunggah video makan pisang “secara provokatif” di media sosial.

Warga Suriah di Turki tersebut mengunggah video makan pisang di Tiktok sebagai respons atas keluhan warga setempat yang mengeklaim “tak punya uang untuk beli pisang, sementara para pengungsi di negaranya menerima uang dari pemerintah untuk bisa hidup layak”.

“Kamu bisa hidup enak. Saya tak bisa beli pisang, kamu beli pisang berkilo-kilo,” kata seorang laki-laki dalam video yang direkam di Istanbul pada pertengahan Oktober lalu.

Kalimat tersebut ia ucapkan kepada seorang mahasiswa perempuan asal Suriah yang tinggal di Turki.

Dalam video tersebut, tampak juga seorang perempuan Turki yang menimpali pembicaraan dengan mengatakan “mahasiswi ini menikmati hidup enak dan tak mau pulang ke Suriah untuk bertempur”.

Sang mahasiswi menjawab bahwa ia tak punya lagi tempat tempat tinggal di Suriah, negeri yang diamuk perang saudara sejak 2011.

Video ini viral, yang mendorong beberapa anak muda asal Suriah di Turki mengunggah video makan pisang sambil tersenyum dan tertawa, yang ditujukan untuk mematahkan klaim “pendatang Suriah bisa hidup enak karena mendapat dana yang berasal dari uang pajak yang dibayarkan warga Turki”.

Bagaimanapun, aksi para pemuda Suriah ini memicu pihak berwenang di Istanbul mengambil tindakan, dengan menahan setidaknya 11 warga Suriah dengan dakwaan “mendorong atau mempermalukan warga Turki dengan kebencian”, kata sejumlah media setempat.

Tujuh di antaranya akan dideportasi.

“Mereka ditahan karena mengunggah konten yang provokatif di media sosial,” kata otoritas imigrasi di Turki, seperti dikutip Bloomberg.

‘Solidaritas terhadap pengungsi turun’

Turki adalah salah satu negara yang paling banyak menerima pengungsi.

Hingga akhir 2019, Turki menampung tak kurang dari 3,6 juta pengungsi Suriah.

Namun, sikap warga setempat terhadap pengungsi mulai bergeser, ditandai dengan menurunnya rasa solidaritas terhadap pengungsi, kata satu laporan yang dikeluarkan badan pengungsi PBB, UNHCR.

Pergeseran sikap ini terjadi di tengah naiknya inflasi dan harga pangan. Pada September, harga makanan rata-rata naik hingga 30%.

Dalam wawancara dengan The Washington Post, pakar Turki di lembaga kajian Brooking Institution, Kemal Kirisci, mengatakan warga di Turki mulai memandang “pengungsi sebagai penyebab persoalan yang saat ini dihadapi Turki”.

Survei yang dilakukan UNHCR memperlihatkan, 80% warga di Turki berpendapat “pengungsi Suriah bisa hidup enak karena mendapat subsidi dari pemerintah Turki”.

Kenyataannya, kata Kirisci, kurang dari setengah dari para pengungsi menerima bantuan sekitar US$12 per satu anggota keluarga per bulan. Jumlah ini, menurut Kirisci, pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan pokok.

Pemerintah Turki menyadari adanya pergeseran sikap tersebut dan dilaporkan telah mengambil sejumlah langkah untuk meredam sentimen anti imigran.

Agustus lalu, aparat keamanan menahan 76 orang setelah massa menyerbu satu tempat di ibu kota Ankara yang banyak didiami pendatang asal Suriah.

Massa ketika itu merusak mobil dan bisnis milik warga Suriah. Mereka juga meneriakkan yel-yel mengecam pendatang dari Suriah.

Komentar