JurnalPatroliNews – Jakarta – Hizbullah resmi menunjuk Naim Qassem sebagai pemimpin baru setelah kematian Hassan Nasrallah, mantan sekretaris jenderal yang tewas dalam serangan udara Israel.
Penunjukan Qassem diumumkan oleh Dewan Senior Hizbullah pada Selasa (29/10/2024), di mana mereka menekankan komitmennya terhadap “Islam autentik dari Nabi Muhammad” dan prinsip-prinsip dasar kelompok tersebut.
Qassem, yang sebelumnya menjabat sebagai wakil Nasrallah, kini memimpin Hizbullah dalam situasi yang sulit. Organisasi ini mengalami kerugian besar akibat serangan Israel yang menargetkan banyak pemimpin dan pejuang kunci.
Ribuan anggota terluka, dan kemampuan misil Hizbullah melemah signifikan. Israel juga terus meningkatkan operasi militernya di Lebanon selatan.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, merespons penunjukan Qassem dengan menulis di media sosial X bahwa posisi ini bersifat sementara dan menegaskan bahwa kekuatan Hizbullah akan terus berkurang. “Penunjukkan sementara. T
idak akan lama,” tulis Gallant, mencerminkan keyakinan Israel bahwa Hizbullah akan menghadapi kesulitan lebih lanjut di masa depan.
Naim Qassem lahir pada tahun 1953 di desa Kfar Kila, Lebanon selatan, dan merupakan salah satu pendiri Hizbullah. Ia memiliki latar belakang sebagai guru kimia sebelum bergabung dengan organisasi ini.
Qassem dianggap sebagai pemimpin yang memiliki pengalaman dan pengaruh besar sejak awal berdirinya Hizbullah pada tahun 1982. Dia juga dikenal karena karyanya, termasuk buku berjudul Hezbollah: The Story from Within, yang menjelaskan perjuangan Hizbullah melawan pendudukan Israel.
Meskipun Qassem memiliki pengalaman, analis menyebutkan bahwa ia mungkin tidak memiliki daya tarik yang sama dengan Nasrallah di kalangan publik. Mohanad Hage Ali, wakil direktur riset di Malcolm H. Kerr Carnegie Middle East Center, menjelaskan bahwa Qassem lebih mewakili kelas menengah, sementara Nasrallah berasal dari kalangan rakyat miskin Lebanon, yang membuatnya lebih dekat dengan masyarakat.
Dalam berbagai kesempatan, Qassem mengutuk keras perang Israel di Gaza dan menyatakan bahwa dukungan Hizbullah terhadap Palestina akan semakin kuat.
Namun, para analis memperkirakan bahwa Qassem mungkin lebih berfungsi sebagai koordinator antarfaksi dalam Hizbullah ketimbang sebagai pemimpin absolut, mengingat tantangan yang dihadapi organisasi tersebut saat ini.
Komentar