“Ini mendorong perubahan struktural pada sektor perkantoran. Banyak perusahaan mencari bangunan yang lebih baru, sehingga gedung yang lebih tua kalah bersaing dan menjadi usang.” Bangunan lama diubah pemanfaatannya menjadi pemukiman, ini membuat kawasan bisnis menjadi lebih beragam.
“Pasar perkantoran sama sekali tidak mati,” kata Rechler.
“Para pengguna telah kembali ke New York City. Mereka ingin tinggal dan bekerja di sini. Permintaan untuk tempat khas abad 21 dengan beragam fasilitasnya tetap tinggi seperti sebelumnya.”
Respons kesehatan publik di New York City yang agresif juga telah mampu mencapai cakupan vaksinasi umum sebesar 87%, sedangkan di kalangan pekerja telah mencapai 90%.
Rachler mengatakan situasi ini berkontribusi pada tingginya permintaan. Ruang-ruang di dalam gedung perkantoran juga berubah sesuai dengan kebutuhan pascapandemi, misalnya dengan akses udara segar, sinar matahari, dan ruang terbuka.
Lebih banyak gedung dirancang untuk kolaborasi, bukan lagi meja kerja yang berdampingan, menurut Moazami.
“Permintaan tidak berkurang, tetapi bagaimana perkantoran digunakan akan berbeda. Anda tidak bisa lagi mengasumsikan karyawan bekerja Senin-Jumat. Anda mungkin memerlukan lebih banyak ruang untuk orang-orang yang lebih sedikit.”
Permintaan untuk area outdoor di perkotaan pun telah meningkat.
Untuk mendapatkan pengalaman luar ruangan terbaik, terdapat City Climb di Manhattan yang memiliki pendakian gedung eksternal tertinggi di dunia.
Mereka yang tidak kenal takut dapat mendaki bagian luar 30 Hudson Yards, sebuah gedung setinggi 387 meter, ketika City Climb dibuka pada November.
Gedung-gedung pencakar langit ini berada di kota-kota besar, sehingga masa depan mereka juga tergantung pada kembalinya para pekerja.
Tidak semua orang ingin kembali, mengingat bekerja di rumah dengan celana yoga memberi kenyamanan tersendiri- namun pada dasarnya, kekuatan mendasar yang memaksa untuk kembali tidak terelakkan.
Kita adalah makhluk sosial. Studi yang dilakukan sebelum pandemi menunjukkan bahwa isolasi emosional -seperti kesepian- berisiko menyebabkan kematian seperti yang ditimbulkan oleh kebiasaan merokok.
Apalagi, banyak hal-hal menakjubkan terjadi ketika manusia, khususnya yang kreatif, bekerja dalam jarak dekat.
“Kami sekarang memahami bahwa bekerja jarak jauh itu produktif, namun orang-orang perlu bertemu untuk berkolaborasi,” kata Moazami. “Anda bergerak, anda menyerap, anda belajar.”
Ada harga lain yang harus dibayar dengan bekerja jarak jauh, terutama pada industri yang bersifat visual dan spasial.
“Komunikasi melalui komputer menjadi tantangan, terutama ketika memberi arahan dan mengawasi produk kerja. Klien merasa sulit memahami model bangunan yang terlihat di layar,” kata Smith.
Secara historis, krisis telah memunculkan inovasi. Untuk gedung-gedung tinggi, era pasca-pandemi bisa berbeda, apabila China, yang menjadi pembangun gedung pencakar langit terbanyak, menjadi tolak ukur.
Sebagai konteks, terdapat 115 gedung super tinggi di dunia yang mencapai lebih dari 300 meter, sebanyak 85 di antaranya dibangun oleh China.
China kini menahan diri, menggunakan strategi untuk mengisi gedung pencakar langitnya yang kosong, memulihkan ekonomi, dan memperkuat identitas nasionalnya yang terkoyak oleh pandemi Covid-19.
Pada 2020, China mengumumkan pembatasan ketinggian dan desain pada gedung pencakar langit baru, mengikuti serangkaian peraturan terkait konstruksi sebelumnya.
Di samping itu, mereka melarang bangunan “peniru” berupa replika landmark seperti Menara Eiffel, Kremlin, dan lain-lain yang ditemukan di seluruh China.
Kemudian pada Juli lalu, China memperketat larangan yang kali ini mengatur ketinggian: bangunan baru yang lebih tinggi dari 500 meter dilarang, sedangkan yang lebih tinggi dari 250 meter sangat dibatasi.
Baru-baru ini, China juga melarang bangunan lebih tinggi dari 150 meter di kota-kota yang berpenduduk kurang dari 3 juta orang.
Hal ini berdampak secara finansial, khususnya bagi firma arsitektur Barat yang membangun banyak gedung pencakar langit di China.
“China telah membangun secara berlebihan di setiap sektor, mulai dari perumahan, perkantoran, kota satelit -yang seharusnya tidak harus dibangun-, tapi berupaya menjaga populasi mereka tetap bekerja dan produktif,” kata Smith yang perusahaannya telah merancang lima gedung pencakar langit di China.
Pemerintah mengakui “sebaiknya mereka mulai membangun gedung yang harganya terjangkau dan bisa disewa. Ini berarti mereka mulai berpikir seperti pengembang AS.”
Pencakar langit tidak bisa menumbuhkan ekonomi, mereka hanya memenuhi kebutuhan. Delapan dari 10 gedung tertinggi yang sedang dibangun berada di China.
Gedung pencakar langit menunjukkan kekuatan, baik ekonomi maupun kecakapan teknis – atribut yang tidak tertahankan bagi kemajuan suatu bangsa.
Pandemi telah memaksa pemikiran yang lebih luas mengenai gedung-gedung tinggi dan orang-orang yang beraktivitas di dalamnya, menyerukan fleksibilitas, kemampuan beradaptasi, akses ke alam, serta gedung yang hemat energi.
Judith Dupré adalah penulis “Skyscrapers, A History of the World’s Most Extraordinary Buildings“, dan banyak buku lain tentang lingkungan binaan.
Komentar