Peluncuran Buku Sejarah Baru di Ukraina Soroti Israel sebagai Korban, Picu Kontroversi

JurnalPatroliNews – Jakarta – Pemerintah Ukraina siap menerbitkan buku pelajaran sejarah terbaru bagi siswa kelas 11 yang memuat narasi kuat mengenai konflik Timur Tengah, dengan penekanan pada posisi Israel sebagai pihak yang terancam dalam ketegangan panjang dengan negara-negara Arab.

Langkah ini memicu polemik di kalangan pengamat dan aktivis karena dianggap mengadopsi sudut pandang yang tidak seimbang.

Dalam buku setebal 300 halaman tersebut, yang dilaporkan oleh The Jerusalem Post pada Minggu, 15 Juni 2025, terdapat lebih dari sepuluh halaman yang secara khusus membahas perjalanan sejarah Israel. Di dalamnya, digambarkan bahwa sejak mendeklarasikan kemerdekaan pada 1948, Israel menghadapi ancaman eksistensial dari negara-negara Arab yang didukung oleh Uni Soviet.

Khusus mengenai insiden pada 7 Oktober 2023, buku ini menyebutkan bahwa aksi kekerasan tersebut dilancarkan oleh Hamas bersama sejumlah warga Gaza, dengan tuduhan terjadi pembunuhan massal, penyiksaan, dan pemerkosaan terhadap warga sipil Israel. Narasi dalam buku menyebut masyarakat Gaza merayakan aksi brutal tersebut dan menggambarkan respons militer Israel sebagai tindakan yang “dapat dipahami,” meskipun telah menyebabkan puluhan ribu korban jiwa.

“Tindakan keji ini disambut dengan suka cita oleh sebagian warga sipil Gaza, sementara para pelaku menculik ratusan orang—termasuk anak-anak dan orang tua—untuk dijadikan sandera di Jalur Gaza,” demikian salah satu kutipan dari buku itu.

Buku ini disusun oleh Igor Shchupak, sejarawan sekaligus Direktur Institut Studi Holocaust Ukraina Tkuma. Ia mengklaim bahwa sebanyak 165.000 eksemplar telah dicetak, dan buku ini bertujuan membantu siswa memahami konflik global dari perspektif yang lebih reflektif, sembari menanamkan semangat bertahan hidup sebuah bangsa kecil di tengah tekanan besar.

“Kami ingin mengajak pelajar Ukraina memahami dinamika bertahan hidup sebuah negara dalam lingkungan yang penuh ancaman. Ini memiliki relevansi kuat dengan pengalaman Ukraina sendiri,” kata Shchupak.

Namun, sejumlah akademisi dan pengamat internasional mengkritik keras isi buku tersebut. Mereka menilai bahwa buku ini mengesampingkan sisi lain dari sejarah, terutama kisah pengusiran besar-besaran warga Palestina pada 1948—peristiwa yang dikenal sebagai Nakba, yang mengakibatkan eksodus ratusan ribu warga sipil dari tanah kelahiran mereka dan melahirkan krisis pengungsi Palestina yang terus berlangsung hingga kini.

Komentar