JurnalPatroliNews – Jakarta – Harga bensin di Amerika Serikat mengalami penurunan tajam seiring meredanya ketegangan di kawasan Timur Tengah. Berdasarkan data dari Asosiasi Otomotif Amerika (AAA), rata-rata harga bensin reguler saat ini mencapai 3,15 dolar AS per galon, atau sekitar Rp51 ribu. Angka ini lebih rendah 36 sen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kepala Analis GasBuddy, Patrick De Haan, mengatakan bahwa penurunan harga ini memberikan dampak positif bagi masyarakat AS yang sedang menikmati libur Hari Kemerdekaan.
“Total penghematan masyarakat Amerika diperkirakan mencapai 500 juta dolar AS, atau sekitar Rp8 triliun, hanya untuk konsumsi bensin selama libur 4 Juli,” ujarnya, seperti dikutip dari Yahoo Finance, Sabtu, 5 Juli 2025.
Penurunan harga ini dipicu oleh mencairnya ketegangan antara Iran dan Israel, yang mereda setelah adanya kesepakatan gencatan senjata yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump. Namun demikian, para analis memperingatkan bahwa harga masih bisa berubah dalam beberapa bulan mendatang.
“Permintaan bahan bakar dan operasional kilang masih akan jadi faktor utama. Jadi, Juli dan Agustus kemungkinan tetap bergejolak,” kata Tom Kloza, analis dari Turner Mason & Co.
Lebih lanjut, analis memperkirakan harga rata-rata bensin nasional bisa menembus di bawah 3 dolar AS per galon setelah masa liburan berakhir dan kilang beralih ke produksi bahan bakar musim dingin, yang biasanya lebih murah.
Kendati demikian, sejumlah risiko masih membayangi. Potensi badai besar di kawasan Teluk Meksiko serta dinamika politik di Timur Tengah masih bisa memicu lonjakan harga kembali.
“Jika tidak ada gangguan besar dari Timur Tengah atau badai besar di AS, maka kemungkinan besar harga rata-rata nasional akan turun di bawah 3 dolar AS per galon sebelum musim panas berakhir,” pungkas Kloza.
Komentar