Macron Terancam, Pemilu Prancis Jadi Tanda Bahaya

JurnalPatroliNews– Jakarta.,- Prancis mulai melakukan pemungutan suara dalam pemilihan umum (Pemilu) pada Minggu (30/6/2024). Putaran pertama pemilihan parlemen ini berpotensi mengantarkan pemerintahan sayap kanan pertama di negara tersebut sejak Perang Dunia Kedua, sebuah perubahan besar di jantung Uni Eropa.

Presiden Emmanuel Macron mengejutkan negara dengan mengadakan pemungutan suara setelah aliansi sentrisnya dihancurkan dalam pemilu Eropa bulan ini oleh National Rally (RN) pimpinan Marine Le Pen. Partai euroskeptik dan anti-imigran yang dipimpin Le Pen telah lama menjadi paria politik, namun kini semakin mendekati kekuasaan.

Jajak pendapat dibuka pada pukul 06.00 GMT dan ditutup pada pukul 16.00 GMT di kota-kota kecil dan besar, dengan penyelesaian di kota-kota besar pada pukul 18.00 GMT.

“Kami akan memenangkan mayoritas mutlak,” kata Le Pen mengutip Reuters, Minggu (30/6). Ia memprediksi bahwa anak didiknya, Jordan Bardella yang berusia 28 tahun, akan menjadi perdana menteri. Partainya memiliki program ekonomi dengan pengeluaran tinggi dan berusaha mengurangi imigrasi.

Jika RN berhasil memenangkan mayoritas absolut, diplomasi Prancis bisa mengalami turbulensi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Macron telah mengatakan akan melanjutkan masa kepresidenannya hingga akhir masa jabatannya di tahun 2027, sementara Bardella akan berebut hak untuk berbicara mewakili Prancis.

Di sebuah tempat pemungutan suara di Sevres, di pinggiran Paris, mantan direktur perusahaan berusia 70 tahun, Didier Delacroix, mengatakan bahwa ia memilih aliansi Macron.

Bardella telah mengindikasikan akan menantang Macron dalam isu-isu global. Prancis bisa berubah dari pilar Uni Eropa menjadi duri dalam daging dengan menuntut potongan harga kontribusi Prancis untuk anggaran Uni Eropa.

Kemenangan RN juga akan membawa ketidakpastian mengenai posisi Prancis dalam perang Rusia-Ukraina. Le Pen memiliki sejarah sentimen pro-Rusia, dan meskipun partainya sekarang mengatakan akan membantu Ukraina mempertahankan diri dari Rusia, mereka menetapkan garis merah seperti menolak untuk menyediakan rudal jarak jauh.

Komentar