JurnalPatroliNews – Albania – Kerusuhan pecah di Albania pada Senin malam, 7 Oktober 2024, ketika bentrokan antara demonstran dan pasukan keamanan mewarnai aksi protes besar di ibu kota Tirana.
Ribuan orang, dipimpin oleh kelompok oposisi sayap kanan, turun ke jalan untuk menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Edi Rama yang beraliran sayap kiri.
Aksi demonstrasi tersebut memanas saat sejumlah pengunjuk rasa berusaha menerobos barikade polisi. Situasi semakin tak terkendali ketika beberapa demonstran melemparkan bom molotov ke arah markas besar Kementerian Dalam Negeri dan balai kota. Tak hanya itu, mereka juga membakar sebuah terminal bus dan tempat sampah di sekitarnya.
Menurut laporan dari penyiar AFP, kelompok demonstran kemudian bergerak menuju markas Partai Sosialis yang dipimpin oleh Rama. Mereka melemparkan lebih banyak bom molotov, yang menyebabkan pintu masuk kantor partai dan spanduk bergambar perdana menteri terbakar.
Polisi Albania, yang telah dikerahkan dalam jumlah besar, menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa yang mendekati gedung parlemen.
“Sepuluh petugas terluka akibat serangan dengan bom molotov, kembang api, dan benda keras lainnya,” ungkap pernyataan resmi dari kepolisian.
Pasukan keamanan pun memperingatkan para pengunjuk rasa untuk menghentikan tindakan kekerasan mereka, dengan mengingatkan bahwa pelaku dapat menghadapi hukuman berat.
Flamur Noka, seorang pejabat dari Partai Demokrat, partai oposisi utama, mengatakan bahwa protes tersebut merupakan bagian dari upaya mereka untuk menggulingkan pemerintahan Rama yang dianggap otoriter.
“Ini hanyalah awal dari perlawanan sipil. Kami akan terus melanjutkan gerakan ini sampai Rama turun dari jabatannya dan pemerintahan sementara dibentuk,” tegas Noka.
Aksi protes ini terjadi hanya seminggu setelah anggota parlemen oposisi melakukan aksi dramatis dengan melemparkan kursi mereka keluar dari parlemen dan membakarnya, sebagai bentuk protes terhadap hukuman penjara yang dijatuhkan kepada salah satu rekan mereka.
Ervin Salianji, seorang tokoh penting dari Partai Demokrat, dinyatakan bersalah pada bulan September atas tuduhan memberikan kesaksian palsu dalam kasus perdagangan narkoba yang melibatkan saudara laki-laki seorang anggota Partai Sosialis yang berkuasa. Pihak oposisi menganggap hukuman tersebut sebagai aksi balas dendam politik yang didalangi oleh Rama untuk melemahkan oposisi.
Komentar