JurnalPatroliNews – Jakarta – Selama lebih dari tujuh abad, misteri seputar makanan dalam konklaf pemilihan Paus telah menjadi bagian dari tradisi tertutup Gereja Katolik. Di balik dinding Kapel Sistina, di mana para kardinal berkumpul untuk menentukan pemimpin umat Katolik dunia, ternyata terdapat aturan ketat yang bahkan menyentuh sendok dan garpu.
Menurut laporan BBC, sejak abad ke-13, soal makan bukan hanya perkara kenyang atau selera. Aturan diet konklaf disusun demi mencegah celah komunikasi rahasia antar kardinal—bahkan lewat ravioli atau serbet makan. Maka tak heran, makanan pun menjadi bagian dari sistem keamanan Gereja.
Menjelang konklaf 7 Mei 2025, suasana Roma sempat diramaikan oleh pemandangan para kardinal yang menikmati makan malam terakhir mereka di restoran favorit. Beberapa sumber menyebut, seperti pada konklaf 2013 lalu, ada yang memilih lasagna, ada juga yang lebih menyukai cumi bakar. Namun semua tahu, begitu pintu Kapel Sistina tertutup, kemewahan meja makan itu akan hilang sepenuhnya.
Pengawasan Ketat Hingga Serbet Disorot
Selama proses pemilihan Paus, 133 kardinal tinggal dalam isolasi penuh, tanpa koneksi internet, tanpa kontak luar, dan hanya satu sinyal yang boleh muncul: asap putih jika pemilihan berhasil, atau asap hitam jika belum ada Paus terpilih.
Sejak Konklaf Lyon tahun 1274, Paus Gregorius X menetapkan sistem pengawasan ketat. Bila dalam tiga hari belum ada hasil, makanan dikurangi jadi satu kali sehari. Jika delapan hari berlalu tanpa hasil, mereka hanya diberi roti dan air. Protokol ini mengakar hingga ke meja makan.
Di masa Renaisans, Paus Clement VI mencoba memberikan kelonggaran dengan menu harian berisi sup, hidangan utama, dan buah atau keju. Namun, tak berarti kontrol longgar. Koki legendaris Bartolomeo Scappi mencatat dalam buku masaknya bahwa semua makanan dipantau ketat, disiapkan di dapur umum, dan harus melalui pemeriksaan berlapis. Tak boleh ada pai tertutup, ayam utuh dilarang total, dan semua minuman harus disajikan dalam wadah transparan. Bahkan serbet makan dibuka penuh sebelum disajikan.
Film Conclave (2024) bahkan memperlihatkan bagaimana momen makan lebih penting daripada sesi debat resmi. Bahasa tubuh saat menyantap makanan bisa lebih berbicara dibanding percakapan.
Komentar