Raja dan PM Spanyol Dilempari Lumpur saat Kunjungan ke Wilayah Banjir

JurnalPatroliNews – Valencia – Raja Spanyol Felipe VI dan pejabat tinggi pemerintah menghadapi sambutan yang kurang ramah saat mengunjungi Valencia, daerah yang terkena dampak banjir parah. Pada Minggu, 3 November 2024, kunjungan mereka ke Paiporta, dekat Valencia, diwarnai dengan protes dari warga setempat.

Selama kunjungan tersebut, sejumlah orang melemparkan lumpur ke arah Raja Felipe. Situasi semakin memanas ketika polisi harus turun tangan, dengan beberapa petugas berkuda menahan demonstran yang melemparkan lumpur dan mengacungkan sekop serta tongkat.

“Warga meneriakkan, ‘Keluar! Keluar!’ dan ‘Pembunuh!’” sambil melontarkan berbagai hinaan. Pengawal kerajaan berusaha melindungi raja dan pejabat dengan membuka payung di tengah hujan lumpur.

Meskipun wajahnya terciprat lumpur, Raja Felipe tetap tenang dan berupaya berinteraksi dengan penduduk setempat, termasuk menjabat tangan seorang pria dan mencoba menghibur seorang wanita yang tampak menangis.

Insiden ini merupakan pengalaman yang tidak biasa bagi Keluarga Kerajaan, yang biasanya berusaha menjaga citra positif di mata publik. Namun, kemarahan warga atas penanganan krisis yang dianggap buruk memuncak pada hari itu.

Menurut laporan dari RTVE, Perdana Menteri Pedro Sánchez juga harus dievakuasi dari lokasi saat rombongan resmi melintasi jalan-jalan Paiporta yang dipenuhi lumpur. Ratu Letizia dan Presiden Valencia, Carlo Mazón, turut hadir dalam rombongan.

Dalam interaksi tersebut, Ratu Letizia berbicara dengan seorang wanita yang membawa gumpalan lumpur, yang mengeluhkan, “Kami tidak punya air.”

Situasi di Paiporta, yang dihuni sekitar 30.000 orang, masih kritis. Banyak blok kota terhambat oleh tumpukan sampah, dengan banyak mobil hancur dan lumpur menggenangi area tersebut. Sejak banjir terjadi pada 29 Oktober, lebih dari 200 orang dilaporkan tewas, dan ribuan rumah mengalami kerusakan parah.

Kemarahan warga terhadap penanganan bencana mulai muncul setelah peringatan yang dikeluarkan terlambat, hanya dua jam sebelum banjir melanda.

Rasa frustrasi semakin meningkat ketika pemerintah tidak mampu merespons dengan cepat, sehingga banyak pembersihan lumpur dan puing dilakukan oleh penduduk dan relawan.

Setelah sekitar setengah jam ketegangan, keluarga kerajaan meninggalkan lokasi dengan mobil dinas yang dijaga ketat. Beberapa warga terlihat memukul mobil dengan payung dan menendangnya saat kendaraan itu melaju menjauh.

Komentar