Rouhani: Kembali Kesepakatan Nuklir Iran Hanya Membutuhkan ‘Kemauan’

JurnalPatroliNews – Teheran,- Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan pada hari Rabu (2/06/21) bahwa terobosan dalam pembicaraan di Wina untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 sebelum dia meninggalkan kantor pada Agustus membutuhkan “kehendak” di luar kekuasaannya.

“Masalah utama kami dengan Amerika Serikat dalam negosiasi ini telah diselesaikan, dan hanya ada beberapa masalah kecil yang tersisa, di mana saat ini kami akan bernegosiasi dan menghasilkan hasil,” kata Rouhani pada pertemuan kabinet yang disiarkan di televisi.

“Kalau ada kemauan ini dilakukan di pemerintahan sekarang, maka pemerintahan ini sudah selesai,” imbuhnya.

Rakyat Iran akan memberikan suara pada 18 Juni ini untuk presiden baru, dengan Rouhani telah menjabat maksimum dua masa jabatan berturut-turut yang diizinkan di bawah konstitusi.

Presiden Iran Hassan Rouhani akan menyerahkan kekuasaan pada bulan Agustus 20121 ini.

Selanjutnya, Iran secara bertahap mengurangi kepatuhannya terhadap kesepakatan 2015 sebagai tanggapan atas penarikan mantan Presiden AS Donald Trump dari perjanjian, tetapi Presiden Joe Biden saat ini telah menyatakan keinginan untuk kembali ke perjanjian,  asalkan Iran melanjutkan kepatuhannya.

Negosiasi telah berlangsung sejak April lalu di ibukota Austria antara Iran dan anggota yang tersisa untuk kesepakatan, Inggris, Cina, Prancis, Jerman dan Rusia.

Mikhail Ulyanov, utusan Rusia pada pembicaraan itu, mengatakan melalui Tweeter bahwa mereka telah mencapai titik di mana berbagai negara perlu berkonsultasi dengan ibu kota mereka masing-masing.

Pembicaraan telah dihentikan pada hari Rabu (2/6/21) tetapi akan dilanjutkan pada akhir minggu depan, tambahnya.

Negosiator Uni Eropa Enrique Mora, yang memimpin pembicaraan di Wina, mengatakan kepada wartawan Rabu bahwa dia berharap itu akan menjadi putaran terakhir negosiasi.

“Tapi kami akan terus bekerja dan saya yakin pada putaran berikutnya minggu depan kami akhirnya akan mencapai kesepakatan,” tambahnya.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jalina Porter berbicara tentang kemajuan, sambil memperingatkan bahwa mencapai kesepakatan bukanlah proses yang cepat atau mudah.

AS dan Uni Eropa baru-baru ini mengatakan bahwa lebih banyak pekerjaan diperlukan untuk menghidupkan kembali kesepakatan 2015, sementara Rouhani mengatakan “negosiasi telah mencapai kemajuan 60-70 persen.”

Iran telah menuntut agar AS mencabut semua sanksi yang telah dijatuhkannya kepada Republik Islam sebagai syarat untuk melanjutkan kepatuhan terhadap kesepakatan itu.

(***/Bn/INNC)

Komentar