Senat AS Restui Biden ‘Perang’ ke China

JurnalPatroliNews – Jakarta – Senat Amerika Serikat (AS) pada Selasa (8/6/2021) meloloskan paket undang-undang yang memungkinkan Paman Sam makin garang dalam ‘perang’ melawan China. RUU tersebut akan meningkatkan kemampuan AS untuk bersaing dengan teknologi Negeri Tirai Bambu.

Mengutip Straits Times, Senat AS menyetujuinya proposal itu dengan hasil voting 68 vs 32 suara. Anggaran pengembangan teknologi yang disetujui mencapai US$ 190 miliar atau setara Rp 2.700 triliun.

“RUU ini akan ditetapkan sebagai salah satu hal terpenting yang telah dilakukan senat,” kata Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer di lantai Senat menjelang pemungutan suara.

“Siapa pun yang memenangkan perlombaan menuju teknologi masa depan akan menjadi pemimpin ekonomi global dengan konsekuensi besar bagi kebijakan luar negeri dan juga keamanan nasional.”

Sementara itu, partai Republik selaku oposisi pemerintah menginginkan penekanan yang lebih ke China. Ini dianggap lebih baik dari pada mengembangkan teknologi, yang menurut partai justru meniru arah kebijakan Beijing.

“Mempertahankan keunggulan teknologi kami atas China membutuhkan hukuman atas perilaku buruk China dan mengandalkan kewirausahaan inovatif alami dari ekonomi pasar Amerika, bukan dengan meniru perencanaan pusat China,” kata Senator Pat Toomey dalam sebuah pernyataan sebelum memberikan suara menentang RUU tersebut.

Dalam waktu lebih dari sebulan sejak diperkenalkan, anggota parlemen telah memperdebatkan banyak amandemen yang berfokus pada China. Mereka ingin agar tekanan terhadap rival AS itu makin ketat dilaksanakan.

Selanjutnya RUU ini harus melewati Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS. Bila disahkan, nantinya RUU dikirim ke Gedung Putih untuk ditandatangani Presiden Joe Biden sebagai undang-undang.

Sebelumnya Presiden Biden telah menyiapkan daftar hitam ala Presiden Donald Trump yang akan menjerat perusahaan yang berhubungan dalam pengembangan teknologi Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA). Hal ini pun mendapatkan reaksi positif dari beberapa anggota senat.

Tom Cotton, senator asal Arkansas, mengatakan bahwa sangat penting pemerintah AS terus memperluas daftar perusahaan militer China. Perusahaan-perusahaan ini seharusnya tidak memiliki akses ke teknologi dan pasar modal AS.

“Kami mempersenjatai dan mendanai pesaing utama kami,” tambahnya.

Selain Cotton, sekelompok anggota senator bipartisan menuntut Menteri Pertahanan Lloyd Austin untuk segera mengeluarkan publikasi terbaru mengenai perusahaan yang berafiliasi dengan militer China.

“Pemerintah AS harus terus bertindak berani dalam menghalangi pemangsaan ekonomi Partai Komunis China terhadap basis industri kami,” kata mereka dalam surat itu.

“Kita tidak boleh membiarkan China mengikis keunggulan militer Amerika.”

Dalam kepemimpinan Biden, arah hubungan Washington terhadap Beijing tidak berubah ke arah yang lebih baik. Biden seringkali membuat beberapa langkah-langkah serangan yang ia alamatkan kepada China.

Terbaru,Biden mengumumkan bahwa ia telah memerintahkan tinjauan intelijen lebih rinci tentang apa yang dia katakan sebagai dua skenario yang sama masuk akal tentang asal-usul pandemi Covid-19. Salah satu skenario itu adalah virus Covid-19 menyebar dari laboratorium virologi Wuhan.

Dalam menghadapi aksi Bidenitu, Kementerian Luar Negeri China menganggap bahwa manuver Washington menganggap bahwa China merupakan biang dari pandemi ini merupakan sebuah pengalih perhatian.

Komentar