Siapkan Kuburan Masal! Pascagempa Afghanistan Butuh Bantuan, Kehancuran di Mana-Mana

Cina menjanjikan hampir 7,5 juta dolar AS (sekitar Rp. 111 miliar) untuk bantuan kemanusiaan darurat. Selain itu, negara lain seperti Iran, Pakistan, Korea Selatan, Uni Emirat Arab dan Qatar telah mengirimkan satu pesawat penuh tenda, handuk, tempat tidur dan pasokan lain yang sangat dibutuhkan korban gempa.

Wakil Perwakilan Khusus PBB Ramiz Alakbarov mengunjungi provinsi Paktika yang dilanda bencana pada Sabtu (25/06) untuk menilai kerusakan dan mendistribusikan makanan, obat-obatan dan tenda.

 Helikopter dan truk PBB yang sarat dengan roti, tepung, beras, dan selimut telah berhamburan ke daerah-daerah yang dilanda bencana.

“Kunjungan kemarin menegaskan kembali kepada saya penderitaan ekstrem orang-orang di Afganistan dan tekad mereka yang luar biasa dalam menghadapi kesulitan besar,” kata Alakbarov.

Tanpa dukungan, tambahnya, warga Afganistan “akan terus menanggung kesulitan yang tidak perlu dan tak terbayangkan.”

Namun upaya bantuan tetap tidak merata dan terbatas karena keterbatasan dana dan akses.

 Taliban tampak kewalahan oleh kerumitan logistik dari masalah-masalah seperti pemindahan puing-puing yang akan menjadi ujian utama.

Nasib para korban gempa

Warga yang menjadi korban gempa mulai mengguburkan sanak keluarga mereka yang tewas akibat bencana ini.

Sebuah kuburan massal disiapkan untuk para korban tewas. Data dari PBB menyebut sekitar 800 keluarga harus bermukim di area terbuka.

Gul menerima tenda dan selimut dari badan amal lokal di distrik Gayan, tetapi dia dan kerabatnya yang masih hidup harus berjuang sendiri.

 Ketakutan pada gempa susulan masih terjadi. Sebelumnya pada Jumat (24/06) gempa susulan terjadi dan menyebabkan lima korban jiwa. Gul mengatakan anak-anaknya di Gayan menolak untuk masuk ke dalam rumah.

Gempa yang menguncang Afganistan telah menambah beban negara itu setelah krisis ekonomi terjadi sejak Taliban menguasai negara itu ketika AS dan sekutu NATO-nya menarik pasukan mereka. Bantuan asing yang menjadi andalan ekonomi Afganistan selama beberapa dekade berhenti praktis dalam semalam.

Komentar