Kementerian itu menambahkan bahwa saat ini AS juga telah melepaskan perang hibrida total dengan Rusia. Ini dibuktikan dengan serangan Ukraina ke pangkalan militer Rusia yang memiliki silo nuklir, di mana Washington telah mengambil posisi untuk mempersenjatai Kyiv.
“Sampai Washington merevisi sikap permusuhannya terhadap Rusia dan menjatuhkan kebijakan untuk meningkatkan ancaman terhadap keamanan nasional kita, Moskow akan mempertimbangkan setiap isyarat niat baik yang diusulkan di bawah perjanjian nuklir tidak dapat dibenarkan, tidak tepat waktu, dan tidak pantas.”
Rusia dan AS merupakan dua negara dengan pemilik senjata nuklir terbanyak di dunia. Tercatat, angka silo nuklir yang dimiliki Moskow berjumlah sekitar 6 ribu unit, sementara Washington memiliki sekitar 5 ribu unit. Bila terjadi, perang nuklir antara keduanya disebut akan melibatkan 4.400 senjata 100 kiloton. Ini akan dengan sangat cepat mengakibatkan minimal 360 juta kematian di seluruh dunia hanya karena efek langsungnya.
Namun kehancuran tak hanya sampai disitu . Kematian ini hanya akan menjadi awal dari bencana besar yang tidak hanya akan mempengaruhi pihak-pihak yang bertikai dan sekutu mereka tetapi seluruh dunia. Selain dampak langsung dari bom, perang skala besar nuklir akan menyebabkan kontaminasi radioaktif yang meluas dan dapat memicu perubahan iklim jangka panjang global dan keruntuhan masyarakat selanjutnya.
Sementara itu, hubungan AS-Rusia keduanya sendiri memanas pasca serangan Moskow ke Ukraina. Kremlin berdalih ini didasari niatan Kyiv untuk bergabung dengan aliansi militer pimpinan AS, NATO.
Aliansi ini telah lama dipandang menjadi rival Moskow sehingga masuknya Ukraina dalam NATO dianggap Kremlin sebagai sesuatu yang menjadi ancaman keamanannya. Apalagi, Rusia memiliki persoalan sengketa teritorial dengan Ukraina di Donbass dan Krimea.
Komentar