JurnalPatroliNews – Jakarta – Sebuah varian baru dari keluarga Omicron kembali terdeteksi dan mulai menyebar ke sejumlah negara. Dikenal dengan nama NB.1.8.1, varian ini kini sedang diawasi ketat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lantaran peningkatan jumlah kasusnya di berbagai wilayah dunia.
Meskipun demikian, WHO menegaskan bahwa hingga saat ini, varian tersebut belum menunjukkan ancaman kesehatan yang signifikan secara global. Bahkan di Amerika Serikat, angka infeksi NB.1.8.1 masih belum cukup tinggi untuk masuk dalam sistem pemantauan resmi CDC.
Varian ini menunjukkan gejala yang tak jauh berbeda dari varian COVID-19 sebelumnya, seperti:
- Demam tinggi
- Batuk
- Sakit tenggorokan
- Pusing
- Mual dan muntah
- Nyeri otot atau sendi
Pertama kali diidentifikasi pada 22 Januari 2025, NB.1.8.1 baru dikategorikan sebagai varian yang perlu dimonitor oleh WHO pada 23 Mei. Hingga pertengahan Mei 2025, sebanyak 518 kasus telah ditemukan di 22 negara, dengan peningkatan pangsa global dari 2,5% menjadi 10,7% hanya dalam empat minggu.
Menurut Dr. Todd Ellerin dari South Shore Health, COVID-19 memiliki kecenderungan unik dibanding virus pernapasan lain karena mampu melonjak baik di musim dingin maupun musim panas. Namun, ia menyatakan masih terlalu awal untuk menyimpulkan apakah NB.1.8.1 akan menyebabkan lonjakan besar dalam waktu dekat.
Di negara-negara dengan penyebaran varian ini yang lebih tinggi, memang terlihat adanya peningkatan kasus positif dan angka rawat inap. Tetapi belum ada bukti kuat bahwa varian ini lebih mematikan atau menyebabkan gejala yang lebih parah dibandingkan varian sebelumnya.
Apakah Varian Ini Lebih Berbahaya?
Menurut John Brownstein, Chief Innovation Officer di Boston Children’s Hospital, sejauh ini NB.1.8.1 tidak menunjukkan perbedaan signifikan dari sisi keparahan. Namun, jika varian ini menular lebih cepat, maka jumlah kasus bisa meningkat, yang pada akhirnya berdampak pada bertambahnya pasien rawat inap dan potensi kematian.
Mutasi yang terjadi di bagian spike protein virus diperkirakan membuat varian ini lebih mudah menular. Kendati demikian, vaksin COVID-19 yang ada saat ini masih dinilai mampu memberikan perlindungan terhadap NB.1.8.1.
Brownstein menekankan bahwa pendekatan perlindungan tetap seperti sebelumnya: pastikan vaksinasi lengkap, lakukan booster sesuai anjuran, dan bagi kelompok rentan seperti lansia atau penderita imun lemah, tetap disarankan menggunakan masker dan menghindari tempat ramai.
Komentar