Uniknya, Mesir Kuno juga menggunakan ketinggian Sungai Nil sebagai indikator penentuan pajak. Dengan mengukur ketinggian air sungai menggunakan alat yang disebut nilometer, mereka bisa memperkirakan dampak banjir terhadap hasil panen. Jika air Sungai Nil terlalu tinggi dan ladang kebanjiran, maka pajak yang dikenakan akan lebih rendah, karena hasil panen akan menurun.
Selain pajak, rakyat Mesir Kuno juga harus menjalani kerja paksa atau kerja rodi untuk proyek-proyek negara, seperti pengolahan ladang, penambangan, dan pembangunan infrastruktur. Ini menambah beban bagi masyarakat pada masa itu.
Meskipun sistem pajak sudah diterapkan secara luas, praktik penghindaran pajak juga sudah ada sejak zaman Mesir Kuno. Dalam bukunya A Brief History of Taxation (2007), Samuel Blankson mencatat bahwa beberapa orang mencoba mengakali sistem dengan tidak melaporkan pendapatan yang sebenarnya atau memanipulasi ukuran timbangan agar pajaknya lebih rendah.
Hingga kini, warisan sistem perpajakan yang pertama kali diperkenalkan oleh Firaun masih bertahan. Pajak tetap menjadi salah satu alat penting bagi negara untuk mendapatkan pendapatan, dan meskipun seringkali menimbulkan keluhan, pajak tetap dianggap sebagai elemen vital dalam pembangunan masyarakat.
Komentar