Logam Kuning Mager Sepekan, Tunggu Minggu Depan, Jalan Gak Nih?

JurnalPatroliNews – Jakarta – Harga emas melemah tipis dalam sepekan dan belum bisa kembali menyentuh level US$1.900 per troy ons. Menurut data Refinitiv, pada Jumat (10/2/2023), si logam kuning berada di US$1.864,67 per troy ons atau menguat tipis 0,17% dibandingkan hari sebelumnya.

Namun, rebound tipis tersebut tidak bisa menutup penurunan tajam 0,76% pada perdagangan Kamis (9/2). Emas terkoreksi setelah sempat menyentuh US$1/875,59 pada penutupan Rabu (8/2).
Alhasil, dalam sepekan harga emas di pasar spot turun 0,05%. Sejumlah analis menjelaskan, tekanan jual di emas berlanjut seiring anggota bank sentral AS The Fed kembali menekankan bahwa mereka akan tetap hawkish terhadap suku bunga. “Dolar berbalik arah, dan Fed tetap hawkish, yang berarti membebani harga emas,” kata ahli strategi pasar senior RJO Futures, Frank Cholly dilansir Kitco News, Kamis (10/2).

Analis memproyeksikan, suku bunga The Fed akan memuncak ke atas 5% sebelum akhirnya bank sentral tersebut mampu menjinakkan inflasi. Sementara, senior analis teknikal di Barchart.com Darn Newsom bilang, bakal ada price action yang menarik untuk emas di pekan depan.

Sang logam mulai tersebut, kata Darn, memang punya momentum penurunan yang kuat, tetapi secara teknikal sudah oversold dalam jangka pendek. Karena itu, emas dalam jangka pendek, jelas Darn, akan menguji support di level US$ 1.823 per troy ons.

Di minggu depan, investor akan menunggu laporan data inflasi (CPI) AS per Januari 2023 pada Selasa (14/2). “[Jika] Indeks Harga Konsumen (CPI) tidak menjadi kejutan yang cukup besar, emas tidak akan mengalami banyak aktivitas penjualan hingga minggu depan,” jelas TD Securities senior commodity strategist Daniel Ghali kepada Kitco News.

Konsensus pasar memproyeksikan, inflasi tahunan AS akan melambat menjadi 6,2% pada Januari dari Desember 6,5%.

Komentar