Apakah Pusat Data Nasional Dibobol karena Kekecewaan Bandar Judi Online?

JurnalPatroliNews – Jakarta – Pembobolan Pusat Data Nasional (PDN) baru-baru ini menimbulkan dugaan bahwa pelakunya adalah bandar-bandar judi online yang kecewa atas tindakan keras pemerintah terhadap bisnis mereka di Indonesia.

Analisis ini menjadi sorotan dalam sebuah podcast yang dibawakan oleh mantan penyidik KPK Novel Baswedan bersama Ketua Umum Partai Ummat Ridho Rahmadi, yang disiarkan di YouTube pada Selasa (25/6).

Ridho, yang memiliki latar belakang gelar master dalam bidang artificial intelligence, mendengar beberapa analisis yang mengindikasikan bahwa pembobolan dilakukan sebagai respons terhadap langkah pemerintah yang mengintensifkan penindakan terhadap praktik judi online di Indonesia.

“Ini mungkin kelompok kecil yang terganggu, ada sebagian yang menyebutkan, karena kemarin kita agak keras dengan kelompok atau penyedia judi online,” ungkap Ridho, yang juga menunjukkan bahwa ada dugaan kuat bahwa para pemilik bisnis judi online yang merasa terganggu mungkin menjadi pelaku di balik serangan tersebut.

Menurut Ridho, meskipun pembobolan ini terjadi, dia memandang bahwa skala serangannya masih tergolong kecil dibandingkan dengan potensi ancaman yang lebih besar yang dapat terjadi kapan saja.

Pembobolan data di PDN, yang dilakukan menggunakan ransomware, telah mengakibatkan para peretas mengajukan tebusan sebesar 8 juta Dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp131 miliar.

Hal ini memaksa pemerintah untuk mengamanatkan pengelolaan PDN kepada Telkom dan Lintas Artha dalam upaya memulihkan dan melindungi data yang terkena dampak.

Kejadian ini menunjukkan bahwa keamanan data di Indonesia, terutama terkait dengan instansi pemerintah seperti PDN, perlu diperkuat lebih lanjut untuk melindungi informasi yang sensitif dari serangan siber yang semakin canggih dan merugikan.

Dengan adanya peretasan ini, BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara) dan pihak terkait diharapkan dapat meningkatkan sistem keamanan dan tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko serangan serupa di masa depan.

Komentar