Batal Gabung Hollywood, Eri Ekspor Robot ke China & Eropa

JurnalPatroliNews – Jakata – Bakat dan pendidikannya di bidang seni rupa mengantarkan Eri Sudarmono sebagai pelukis dan perajin dekorasi. 

Dia biasa mengerjakan dekorasi di perhotelan dan perkantoran untuk acara-acara tertentu. 

Lelaki kelahiran 29 Mei 1979 itu juga mahir mengerjakan maket dan diorama. Karyanya antara lain seperti yang terpajang di Museum Merapi dan Kantor Pos Besar di Jakarta.

Kemahirannya itu pula yang membuat seorang temannya pernah meminta bantuan mengerjakan macam-macam replika senjata untuk produksi sebuah film Hollywood. Lokasi film tersebut antara lain di Batam, Kepulauan Riau. Si teman-teman menjanjikan honor Rp 15 juta, serta uang harian Rp 200 ribu untuk makan dan rokok.

Eri Sudarmono tentu terpikat. Bukan cuma karena besaran honor, tapi terlibat dalam sebuah produksi karya Hollywood adalah peluang langka. Bagi Eri, peluang itu juga menjanjikan pengalaman dan transfer pengetahuan. Di sisi lain, dari baru saja menandatangani kontrak pengerjaan dekorasi di sebuah hotel.

“Wah, saya galau banget. Tawaran itu bener-bener menggoda dan menantang, tapi saya juga tak mau reputasi tercoreng karena meninggalkan kewajiban yang telah ditandatangani,” tutur Eri saat ditemui detikcom di kediamannya, Bantul, yogyakarta, Jumat pekan lalu.

Akhirnya dia memutuskan menolak tawaran bergabung dengan tim Hollywood. Akal sehat dan nuraninya memilih untuk memenuhi tanggung jawab di depan mata. “Berat banget sih, kadang saya masih nyesel kenapa nggak terima tawaran itu saja,” kata Eri diiringi tawa kecil.

Sejak tujuh bulan lalu, predikat Eri Sudarmono bertambah. Selain pelukis, pembuat dekorasi dan diorama, juga perajin replika robot transformers. Hal itu bermula ketika seorang turis asal China yang singgah ke galeri lukisannya menantang dia untuk membuat replika robot dari logam.

Eri langsung menyanggupi tantangan tersebut karena pernah kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, jurusan Seni Kriya Logam pada 1999. Pertimbangan lainnya, harga yang diajukan lebih besar ketimbang harga lukisan.

“Kalau lukisan harganya sekitar Rp 300 – 500 ribu, robot ini saya jual Rp 25 – 60 juta tergantung tingkat kesulitannya,” kata Eri Sudarmono.

Pertama kali membuat robot ukuran 2,5 meter, dia mengaku butuh waktu sebulan. Bahan baku berasal dari motor-motor bekas yang dibeli Rp 500-800 ribu. Satu robot biasanya menghabiskan 5-7 motor. Total modal yang dihabiskan ditambah untuk cat, las, dan empat tukang yang membantunya sekitar Rp 15 juta.

Pesanan pertama dari si turis asal China terus bertambah. Total jumlahnya mencapai 100 buah. Eri pun menambah orang untuk membantunya dari 4 menjadi 13 orang. Selain itu, Eri juga telah mengerjakan empat replika robot anjing dan gajah pesanan dari Jerman.

“Kalau ke Jerman saya jual Rp 60 juta karena lebih rumit. Sekarang saya buat robot kuda berkepala manusia, saya tawarkan Rp 75-100 juta,” beber Eri.

Komentar