BPIP: Demokrasi Pancasila Pilihan Terbaik bagi Bangsa Indonesia

Benny, sapaan akrabnya, mengajak peserta untuk memiliki kemampuan memilah informasi yang ditawarkan.

“Masyarakat harus memiliki literasi digital, kritis, dan mengerti konsensus kebangsaan. Masyarakat seharusnya bisa menyatakan mana yang benar dan mana yang hoaks, bukan ditelan mentah-mentah (informasi) dan dianggap sebagai kebenaran. Kesadaran digital dan kritis serta konsensus kebangsaan menjadi sangat penting dalam era yang penuh kebohongan ini. Demokrasi Pancasila tidak boleh seharusnya menghancurkan karakter hidup berbangsa,” ujarnya.

Dalam menyambut pemilu 2024, budayawan dari Malang ini menyerukan agar peserta menjadi pemilih yang cerdas.

“Pemilih yang cerdas kritis, sadar literasi media dan kebangsaan, serta sadar dapil dan calon-calon serta peluangnya. Jangan karena belas kasih, atau rasa kedekatan, atau karena rupawannya; lihat rekam jejak, lihat cara kerjanya, lihat program-programnya, lihat peluang kemenangannya.”

“Kalau salah pilih pemimpin, kita akan mengalami kegagalan. Jangan mudah kesengsem, tetapi lihat semuanya. Jangan sampai kita gagal menyambut tahun Indonesia emas 2045,” tutupnya.

Chrysta Andreas, dalam paparannya, mengajak untuk peserta, yang merupakan umat Kristen, untuk terlibat dalam kehidupan politik.

“Masyarakat Kristen tidak mau terlibat, padahal, politik juga menentukan peraturan-peraturan yang ada di sekitar kita. Kalau tidak menjadi pemilih cerdas ataupun terjun ke politik, maka peraturan akan dibuat oleh orang-orang lain,” ujarnya.

“Pancasila itu harus betul-betul dihidupi oleh orang-orang di Indonesia. Dari zaman dahulu, kita sudah beragam. Dicatat di kitab-kitab zaman Majapahit, sudah banyak suku dan agama yang bekerja sama. Indonesia harusnya menjadi negara yang seperti itu: negara yang bekerja sama lintas agama dan suku bangsa di Indonesia,” tutupnya.

Komentar