“Duet Maut” Pakar Terorisme dan Pakar Perang Asimetris Mengupas Secara Mendalam Fenomena Perang Asimetris Terkait Radikalisme dan Terorisme di Indonesia

Ruly juga menjelaskan, dalam struktur otak manusia terdapat pikiran sadar dan neocortex, yaitu tempat pengetahuan berproses. Cara menyerap informasi neocortex berbeda dengan limbic. Maka tak heran orang yang telah teradikalisasi sulit diubah dengan pendekatan kata-kata yang rasional. Perlu diperhatikan, sistem limbic mendukung berbagai fungsi seperti emosi, perilaku, motivasi dan memori jangka panjang.

Pikiran sadar inilah yang kita gunakan dalam mengidentifikasi informasi yang masuk melalui panca indera, membandingkan sesuatu, menilai, menimbang, menganalisa dan mengambil keputusan. Pikiran sadar berhubungan dengan belahan otak sebelah kiri yang bersifat verbal, logis, dan analitis.

Pikiran bawah sadar dan limbic bersangkut paut dengan keyakinan dan iman yang tertanam dalam diri manusia. Di dalamnya berproses perasaan/emosi seseorang. Dalam limbic, religiositas seseorang bertumbuh. Pikiran bawah sadar terhubung dengan belahan otak sebelah kanan yang bersifat non verbal, gestalt, dan intuitif.

Proses radikalisasi terjadi pada otak limbic, bahkan menyelusup hingga reptilian brain. Otak limbic tempat emosi berada. Kebencian, kemarahan, ketakutan, dan kepuasan terletak di limbic. Sedangkan Reptilian brain bertanggung jawab atas hal-hal dasar yang mencakup rasa lapar, kontrol suhu, respon atas rasa takut, mempertahankan wilayah, dan menjaga keamanan.

“Reptil itu sama. Jadi reptil itu tidak punya otak yang sama dengan mamalia atau manusia. Jika mendapat serangan, mereka bereaksi secara ekstrim. Seperti ular, langsung menyerang, sama dengan buaya. Jadi kalau kita samakan, otak orang yang terpapar radikalisme, sama dengan otak reptil.” Tegas Ruly.

Banyak kaum radikal menggunakan dan memanfaatkan pengetahuan ini dalam merekrut pengikutnya, karena cara ini dirasa cukup efektif dan efisien, serta dilakukan dalam waktu pencapaian yang relatif cepat.

“Mereka yang sudah terpapar Radikalisme itu juga tidak memiliki rasa malu lagi karena pikiran mereka sudah dibutakan doktrin-doktrin yang tertanam. Kita bisa lihat ketika mereka diwawancara, mereka malah menantang, dan mata mereka liar, seperti mata reptil, kalau kita lihat mata ular, mata buaya, seperti itu.” Imbuh Ruly menegaskan.

Komentar