JurnalPatroliNews – Jakarta – Festival Wolobobo digelar oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dilangsung selama 10 hari, mulai 14 September hingga 24 September 2022 mendatang, menuai kritik keras dari publik.
Festival yang mengangkat kopi, bambu, dan tenun sebagai tema utama ini ternyata tidak dikelola dengan baik, jauh dari pengelolaan professional sebagai sebuah event pariwisata nasional.
Kabarnya, Festival yang menghabiskan anggaran Rp 1,6 miliar itu ternoda dengan toilet yang cuma dibuat dari bambu.
Informasi yang berhasil dihimpun wartawan di lapangan menyebutkan, masyarakat mengeluhkan toilet yang cuma dibuat dari bambu. Dengan anggaran besar dan event level sebesar itu, maka toilet dari bambu itu sangat merusak citra dan harga event itu serta merusak citra Kabupaten Ngada.
Bukan itu saja, ketidakterbukaan anggaran juga menjadi sorotan dari masyarakat. Masyarakat mempertanyakan besarnya anggaran yang digunakan dalam festival tersebut, serta kerugian yang dialami Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Manubhara, Kecamatan Jerebuu, Kabupaten Ngada.
Selain itu beberapa netizen juga berpendapat agar anggaran untuk festival dipergunakan untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur jalan di wilayah Ngada yang dinilai masih banyak yang buruk dengan tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat daerah setempat, daripada menggelar event pariwisata yang dijadikan ajang menambah ATM pejabat tertentu di daerah itu.
Bagaimana tanggapan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Ngada, Oktavianus Botha Djawa? Kadispar Ngada, Oktavianus Botha Djawa, saat dikonfirmasi wartawan Minggu, (18/9/2022) berdalih bahwa kloset/toilet yang beredar itu merupakan toilet sementara yang disiapkan peserta camping pramuka.
Komentar