Festival Wolobobo, Ngada, NTT: Astaga…! Anggaran Rp 1,6 M, Toilet Cuma Dibuat dari Bambu

“Untuk kloset atau toilet ini, di Wolobobo kita punya kloset yang bagus untuk wisatawan dan ramah lingkungan, itu ada di dalam destinasi. Sedangkan yang kemarin itu bukan merupakan tempat destinasi itu hanya tempat darurat tempat camping dan pembuatannya pun sesuai dengan tema pramuka karena itu bersifat sangat sementara untuk kebutuhan beberapa hari saja. Dan yang di lokasi camping itu tidak akan kita bisa bangun karena itu adalah kawasan hutan dan bukan bagian kebun dari kebun raya,” jelas Kadis Botha Djawa berdalih.

Kadispar Ngada itu mengaku, “Kita izin kepada pengelola HKm (Hutan Kemasyarakatan) dan Lingkungan Hidup Kehutanan mereka mengizinkan cuma yang seperti itu kita tidak diperbolehkan mengubah bentang alam. Sehingga selesai camping kemarin semua dibongkar dan bambu-bambu itu langsung dikuburkan.”

“Siswa yang mengikuti Pramuka dan event Festival Wolobobo ini menjadi suatu kesatuan mereka mensupport sehingga kita berkolaborasi dengan mereka dan mereka punya program sendiri berkaitan dengan kemah itu dan toilet itu dari mereka,” tuturnya lagi.

Bagaimana tentang isu kerugian yang dialami BUMDES Manubhara? “Terkait Bumdes Manubhara itu sebenarnya kemarin kita melibatkan komunitas yang bergerak di pecinta alam. Memang kemarin ada sedikit miskomunikasi dengan BUMDES. Namanya ekspektasi yang begitu tinggi bahwa ada sekian banyak peserta dan berpikir bahwa peserta ini adalah orang-orang yang membeli paket itu, akan tetapi tidak semua sampai ke Tololela, karena ada peserta yang sudah capek sehingga ada yang membatalkan perjalanan, ada juga yang kesana yaitu siswa sekolah dan peserta yang tidak sebanyak yang diharapkan, panitia juga ke sana dalam hal ini panitianya adalah komunitas-komunitas yang tergabung ini,” jelas Kadispar Botha Djawa.

Kadispar Botha Djawa berjanji akan segera melakukan komunikasi denan masyarakat setempat agar semuanya segera klir dan terang benderang. “Ini nantinya kami akan membangun komunikasi kembali dengan masyarakat desa di sana biar tidak ada istilah tidak baku enak. Kita luruskan kembali dengan mereka, karena Tololela itu merupakan mitra kita,”janjinya.

Komentar