Kereta Cepat JKT-BDG Pakai APBN, Said Didu: Lima Kali Lebih Bahaya dari Korupsi

Namun, belakangan nilai yang ditawarkan terus naik seiring berjalannya waktu. Dari USD 5,1 miliar naik menjadi USD 6,2 miliar kemudian naik lagi menjadi USD 6,8 miliar.

Bahkan sebelumnya, China menyatakan tidak ada jaminan pemerintah Indonesia dan tidak akan memakai uang dalam negeri.

“Proposal Cina tipu tipu yang harus kita angkat lagi bahwa awalnya Jepang menyatakan 6,02 miliar biayanya dan menyatakan tidak layak kemudian datang Cina menyatakan bahwa hanya 5,1 miliar dolar, dinyatakan Cina yang menang dengan menyatakan tidak ada jaminan pemerintah tidak akan memakai uang dalam negeri kemudian tau tau naik pada saat dikasi 6,02 Miliar dolar kemudian 6,8 miliar dan minta jaminan kepada pemerintah sekarang dan minta APBN,”beber Said Didu.

Said Didu sangat menyayangkan penggunaan APBN dan tingginya nilai proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung ini. Apalagi kalau menggunakan uang rakyat Indonesia.

“Saya tidak rela kesalahan dibebankan kepada rakyat, rakyat harus membayar dengan mahal, rakyat tidak dapat lagi biaya untuk subsidi hanya karena membayarkan hutang orang itu saya tidak setuju,”tuturnya.

Bahkan Said Didu mengibaratkan perusahaan pemenang tender ini meminjam uang dari Bank Cina kemudian dijamin pemerintah Indonesia dan digunakan oleh perusahaan Cina yang ada didalam perusahaan tersebut untuk menjual alat dan mesinnya.

“Jadi uangnya Cina dipakai oleh orang Cina tetapi akan dibayar oleh Indonesia,”jelas Said Didu.

Ia kemudian meminta proyek ini lakukan audit, periksa dan harus tanggung risikonya oleh pihak yang bertanggungjawab

“Saya kasi contoh umpamanya Cina itu periksa kalau memang yah udah stop aja dulu kan tidak rugi juga, sampai dicari yang lebih murah lagi,”ujarnya.

Komentar