Maka, ujar pakar komunikasi politik ini, untuk menyelamatkan anak muda sebelum Pancasila terlupakan oleh mereka adalah dengan Pendidikan Pancasila yang diterapkan di sekolah-sekolah.
“Sekarang pemerintah sudah menerapkan pendidikan Pancasila, bukan yang seperti dulu lagi yang dogmatis, tetapi pendekatannya lebih kearah pengaplikasian dan pendalaman agar Pancasila bukan hanya dihafal, tetapi menjadi living dan working ideology,” jelasnya.
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP itu juga memberikan pemikirannya tentang apa yang terjadi.
“Anak-anak muda tidak hafal, tetapi menghidupinya dengan aplikasi Pancasila, lewat konten-konten seperti film dokumentasi. Memang ada yang membuat konten tidak senonoh dan itu tidak boleh diikuti. Kesadaran kritis dari penikmat konten juga harus dipertajam,” katanya.
“Konten-konten harus memberikan pelajaran, dalami filosofi, kebudayaan, pembudayaan dari konten tersebut. Baiknya juga mengangkat konten lokal, untuk menanamkan wawasan kebangsaan agar dapat mencintai bangsanya.”
Benny pun memberikan pesannya kepada anak muda pembuat konten kreatif.
“Mulailah belajar sejarah, tradisi, kebudayaan, untuk menemukan kekayaan Indonesia. Lakukanlah komodifikasi terhadap kekayaan Indonesia. Jangan lelah mencintai Indonesia, karena ini adalah surga. Mari punya mentalitas bukan pencundang, gunakan sosial media dengan kritis,” tutupnya.
Komentar