Orasi Ilmiah “Bangsa yang Tersandera”

Ia menekankan bahwa kemampuan membaca tanda-tanda zaman menjadi kunci bagi para pendahulu untuk membangun fondasi bangsa. Tanpa visi yang visioner, Indonesia mungkin tidak akan pernah muncul di peta dunia sebagai sebuah negara merdeka.

Prof. Komaruddin menggarisbawahi peran Bung Karno sebagai nation builder yang harus menghadapi konflik panjang bersama Bung Hatta untuk membangun persatuan bangsa. Tragedi 1965 membawa Pak Harto ke panggung sejarah sebagai state builder, yang fokus pada pembangunan ekonomi dan stabilitas politik. “Pak Harto dikenal sebagai Bapak Pembangunan, meskipun akhirnya tidak mampu menghadapi tekanan utang luar negeri dan tuntutan masyarakat yang berujung pada pengunduran dirinya” ungkapnya.

Melanjutkan cerita sejarah, ia menyebut masa transisi yang diwarnai oleh kepemimpinan Pak BJ Habibie, Gus Dur, dan Megawati sebagai tonggak reformasi yang membuka ruang bagi demokratisasi. Perubahan besar seperti desentralisasi, kebebasan berserikat, dan sistem multipartai menjadi ciri khas era ini, yang kemudian diteruskan oleh Presiden SBY dengan stabilitas politik dan pengakuan internasional.

Namun, ia juga mencatat bahwa masa reformasi belum berhasil mengatasi korupsi secara signifikan. Pada Pemilu 2014, demokrasi Indonesia memasuki babak baru dengan Presiden Jokowi yang menjadi simbol demokrasi sejati. Meski demikian, ia menyoroti lemahnya komitmen pada nilai-nilai demokrasi, seperti terlihat pada dinamika politik terkini, termasuk penempatan Gibran dalam panggung politik.

Melihat ke depan, Prof. Komaruddin mengungkapkan harapannya pada sosok seperti Prabowo, yang memiliki latar belakang militer dan keluarga berpendidikan. Ia berharap pemimpin masa depan dapat belajar dari perjalanan panjang para presiden sebelumnya.

Namun, ia juga mengingatkan bahwa demokrasi tidak selalu melahirkan pemimpin demokrat. “Indonesia hari ini menghadapi tantangan besar karena elite politik lebih sibuk mengakumulasi kekayaan dan kekuasaan, yang pada akhirnya menghambat mobilitas sosial dan suara dari bawah” pungkasnya.

Prof. Komaruddin menegaskan pentingnya kebijakan yang visioner dan berpihak pada rakyat untuk membawa Indonesia menjadi bangsa yang kuat, baik dari segi ekonomi maupun militer. “Kita perlu pemimpin yang tidak hanya memahami sejarah, tetapi juga mampu membangun masa depan dengan kebijakan yang adil dan berorientasi pada kepentingan rakyat” tutupnya.

Komentar