Sementara Ketua Pengurus YDBA Rahmat Samulo mengatakan bahwa meski sudah meraih sukses, namun para petani buah naga tidak berhenti sampai di situ. “Jangan gampang puas, karena masih banyak hal bisa dikembangkan. Jangan pernah berhenti berinovasi,” ucap Rahmat.
Selain berinovasi untuk mengembangkan produk olahan, Rahmat juga menyebut inovasi bagi produk ekspor dan sebagainya. Bahkan, di sisi lain, juga bisa mengembangkan sektor peternakan agar bisa menghasikan pupuk bagi buah naga. “Inovasi-inovasi seperti ini jangan pernah berhenti,” kata Rahmat.
Selama ini, YDBA memberikan berbagai program pembinaan, seperti pelatihan basic mentality, sharing knowledge terkait ekspor, mengajak petani melakukan benchmark ke petani Jember yang telah melakukan ekspor, menjembatani pembiayaan melalui program KUR dan dana bergulir, serta fasilitasi pemasaran ke beberapa offtaker seperti PT Nusa Tropical Indonesia, Sayurbox, PT Oreng Osing.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Poktan Tunas Sejahtera Nanang Prasetyo menjelaskan, dalam pembudidayaan buah naga, dari satu hektare bisa diisi sebanyak 1200 tegakan pohon buah, yang dalam sekali panen dalam 3 bulan bisa menghasilkan buah segar sebanyak delapan ton. “Bila dinominalkan, 1 hektare bisa menghasilkan Rp160 juta per panen. Dalam setahun bisa 3-4 kali panen,” ucap Nanang.
Meski begitu, Nanang tak menampik bahwa tidak semua buah naga bisa tumbuh dengan tingkat kesegaran maksimal. Bisa karena faktor hama, atau buah yang cepat membusuk. “Oleh karena itu, kami terus berusaha untuk mengembangkan produk olahan agar tidak ada buah naga yang terbuang. Jadi, semua produk bisa memiliki nilai tambah,” ujar Nanang.
Komentar