Oleh: Andre Vincent Wenas
JurnalPatroliNews – Jakarta – Konstelasi politik semakin mendekati pemilu semakin banyak kejutannya. Asik khan nontonnya?
Berspekulasi dalam upaya memahami fenomena jadi kiat para pengamat politik. Kepiawaian dalam menarasikannya jadi resep supaya laris dikonsumsi pemirsa.
Budiman Sudjatmiko bukanlah politisi kaleng-kaleng, ia sudah jadi salah satu ikon partainya juga. Silahkah simak saja sendiri perjalanan politik kontemporernya. Jaman sekarang lebih mudah lantaran difasilitasi google.
Ia baru saja bertemu Prabowo Subianto, menteri pertahanan, ketua umum Gerindra dan capres. Wuih, ini pun bukan figur kaleng-kaleng. Alasan yang untuk konsumsi publik adalah demi menjalin persatuan.
Ibarat mau membangun jembatan, ya harus mengunjungi kedua sisinya, baru jembatan itu dimungkinkan untuk dibikin. Begitu kira-kira argumentasi Budiman. Ya, masuk akal sih.
Tapi dari google kita juga tahu bahwa Budiman saat nyaleg di pemilu lalu ia dipindah dapilnya. Di dapil yang baru itu ia katanya tidak punya basis. Pendek cerita, jadilah hasilnya ia tidak terpilih jadi anggota legislatif.
Begitu cerita yang kita dengar, masalah benar tidaknya silahkan tanyakan pada yang bersangkutan.
Soal alasan kenapa ia dipindah dapilnya, kita tidak tahu persis masalahnya, silahkan ditanyakan pada yang memindahkannya.
Menurut cerita yang beredar, lantaran Budiman adalah seorang tokoh, maka banyak pihak yang ngegosipin bahwa ia tidak happy dengan keputusan pindah dapil itu. Katanya ini jadi semacam sabotase terhadap karir politiknya waktu itu.
Dan menurut pengakuan Budiman sendiri ke media, pemilu 2024 nanti pun ia tidak akan nyaleg. Hmm… ada apa ya?
Pertanyaan-pertanyaan bermunculan, dan seperti biasa para pengamat segera memangsa isu ini dengan narasi yang hebat-hebat. Seru juga menyimaknya.
Teori kuda Troya muncul, ada yang bilang ini strategi memecah-belah, ada juga dugaan ini lantaran Budiman punya proyek, dan berbagai spekulasi lainya.
Ya semua pengamat tentu sah saja mengajukan teori dan narasinya masing-masing. Justru itu semua memperkaya perspektif kita sebagai rakyat jelata.
Tapi yang jelas, sebagai kader partai dan orang sekaliber beliau, sekarang ini tidak diikutkan dalam orkestrasi tim pemenangan kandidat partainya. Paling tidak itu yang kita pahami saat ini.
Mengapa, ya mengapa? Ada apa sih? Maaf kepo.
Komentar