Dilema Sedekah Kepada Pengemis

JurnalPatroliNews – Jakarta – Seorang kotib, setelah sholat subuh berjemaah di mesjid, dalam
ceramahnya mengatakan, kita diwajibkan untuk menolong membantu anak yatim dan fakir miskin, termasuk pengemis. Menurutnya, doa dari para anak yatim itu makbul, atau besar kemungkinan bakal dikabulkan Allah.

Dia menganjurkan, kalau di lingkungan kita, atau kita tahu, ada anak yatim yang potensinya bagus, tak usah ragu-ragu untuk dijadikan anak asuh. Gak perlu takut kekurangan rejeki, lantaran justeru nanti rejeki bakal datang lebih banyak. Kalau perlu, katanya, tidak perlu jauh-jauh mencarinya. Bantulah lebih dahulu di lingkungan keluarga atau sanak famili.

Begitu juga dengan kaum miskin, terlebih para pengemis. Kalau ada uang, berapa aja, berikan saja. Kita tidak boleh “bermuka masem” kalau ada pengemis meminta-minta kepada kita. Namun kotib juga mengingatkan, sekarang ini agak susah membedakan mana “pengemis” asli dan “pengemis” palsu, atau “pengemis asli palsunya.”

Dia mengungkapkan, realitas sosial yang sebagian orang mungkin sudah mengetahuinya: “para pengemis” kini sudah ada koordinatornya dan bekerja sistematis serta berjenjang pula. Misal di lampu-lampu merah lalu lintas, di semua bagianya ada pengemis. Nah, pengemis ini sudah diatur dalam manajemen yang profesional. Ada jam kerjanya. Ada shifnya.

Di setiap sudut jalan di lampu merah itu, ada “pengawas” para pengemis. Mereka
memantau kinerja para pengemis. Setelah jam kerjanya habis, mereka juga mengatur pergantian shift-nya itu. Para pengawas ini menyediakan pula makanan buat para pengemis yang selesai bekerja. Dan tentu saja mengambil uang hasil kerja memgemis, dan memberikan sedikit bagian buat para pengemisnya. Kendaraann antar jemput sudah diatur oleh “bos” atasan para pengawas.

Komentar