Diterpa Kritik, Jokowi Terus Berjuang untuk Kepentingan Indonesia di Dunia

Publik sepak bola Indonesia yang puluhan juta orang itu pun akhirnya disadarkan mana pemimpin yang betul-betul memikirkan dan bekerja untuk rakyat dan mana yang cuma mementingkan nafsu kekuasaan serta egoisme dinastinya atau kelompoknya sendiri. Hasil Pilpres 2024 membuktikan hal ini.

Memangkas perijinan yang telah berubah menjadi gurita birokrasi yang mencekik dirinya sendiri itu sangat perlu kalau Indonesia ingin menggantikan Singapura sebagai sentra hiburan (atau bisnis jasa) di kawasan Asia Tenggara.

Example 300x600

Indonesia telah naik peringkat dari 32 ke urutan 22 di Travel and Tourism Development Index. Tapi itu pun masih kalah dibanding Malaysia, Singapura, Thailand bahkan jika dibanding Vietnam yang akhir-akhir ini agresif sekali mengejar ketertinggalan mereka. Di rivalitas antar negara ASEAN pun Indonesia hanya di urutan kelima.

Beginilah seharusnya pemimpin menyampaikan fakta kompetisi di lapangan. Kita memang naik di ranking dunia (dari urutan ke-32 ke 22), tapi masih kalah dengan beberapa negara tetangga yang secara geopolitik relevansinya sangat kuat di Kawasan. Apalagi kalau bicara soal bisnis MICE (meeting, incentive, convention and exhibition) yang bertumpu pada efisiensi proses manajemen.

Benar bahwa kita naik di peringkat dunia, tapi masih tertinggal dalam kompetisi di kawasan untuk area bisnis tertentu. Pemimpin harus berani “to tell the truth, and the whole truth”, tidak separo kebenaran yang akhirnya malah menyesatkan, gagal mendapat pemahaman yang utuh.

Komentar