Eksperimen Chimera

Oleh: Jaya Suprana

Chimera adalah mahluk mitologis seperti misalnya Sphinx yang berwajah manusia bertubuh singa, Maesasura yang berkepala banteng bertubuh manusia, Pegasus yang bertubuh kuda tapi bersayap, Putri Duyung bertubuh ikan berwajah Wanita cantik-jelita atau Hanuman berpenampilan kera namun sebenarnya dewa sakti-mandraguna luhur budi-pekerti.

Mikrobiologi

Chimera merupakan mahluk mitologis yang kini merambah masuk ke khasanah mikrobiologis. Terberitakan bahwa setelah berhasil menciptakan mahluk campuran kambing dengan domba kini para mikrobiolog berkomplot dengan para genetikomolog sedang asyik bereksperimen bikin mudigah perpaduan sel manusia dengan sel monyet.
Begitu iptek menyentuh manusia maka para fundamentalis penghayat agama murka maka protes keras manusia sedang berusaha mengambil alih peran Yang Maha Kuasa sebagai pencipta mahluk hidup termulia yaitu manusia.

Para agamawan/wati mengkhawatirkan timbulnya dampak kualatisme seperti yang telah dialami oleh tokoh fiktif khayalan Robert Louis Stevenson bernama Dr. Jeckyll yang secara ilmiah fisika-kimiawi mengalih-raga dirinya sendiri sehingga menjadi Mr. Hyde atau khayalan Mary Shelley Bernama Dr. Frankenstein mencipta monster mengerikan pembinasa manusia.

Secara andaikatmologis, para ahli hukum juga khawatir apabila mudigah campuran manusia dengan monyet benar-benar menjadi mahluk hidup yang hidup bersama manusia di planet bumi ini lalu harus dibentuk sistem legalitas khusus untuk mengkatagorikan kewarganegaraan, kebangsaan, keetnisan mahluk chimera campuran monyet dan manusia entah sebagai monyet atau manusia.

Berarti harus dibuat surat kelahiran dan paspor khusus untuk mahluk cimera campuran monyet dan manusia tersebut. Serta merta peradaban yang sudah parah dirongrong diskriminasi ras, etnis, suku, sosial, ekonomi, politik, agama rawan terdampak masalah diskriminasi jenis mahluk-hidup. Memang cukup banyak alasan untuk kontra terhadap eksperimen mudigah campuran sel manusia dan monyet.

Akhlak

Namun apalagi dihayati secara lebih mendalam dengan lensa saintifik tanpa lepas kendali akhlak, sebenarnya tersedia alasan cukup bijak untuk mendukung eksperimen ilmiah para saintis demi menciptakan mudigah campuran manusia-monyet asal jangan pernah dijadikan mahluk hidup pasca mudigah.

Eksperimen terbatas murni laboratorial perlu untuk melakukan penelitian intervensi genetik bertujuan memperkokoh kesehatan manusia agar mampu lebih digdaya dalam menghadapi angkara murka gangguan penyakit genetis mau pun penyakit menular.

Memang peradaban yang beradab menghendaki karsa dan karya ilmu pengetahuan dan teknologi yang terkendali oleh akhlak manusia agar jangan sampai ilmu pengetahuan dan teknologi yang seharusnya menyejahterakan malah menyengsarakan bahkan membinasakan manusia.

Komentar