Oleh: Andre Vincent Wenas
“Jokoisme tumbuh bersama kekuasaan. Ia tak lagi sekedar presiden – tapi menjelma menjadi sebuah gagasan, ide besar tentang Indonesia yang hebat, Indonesia yang maju, tanah air yang membanggakan, itulah JOKO-ISME.” Begitu tulisan di sebuah poster digital.
Sudah lama kita semua memimpikan itu, berimajinasi tentang itu. Tapi merumuskan menjadi sebuah gagasan yang terprogram, lalu jadi rencana kerja yang berhasil dieksekusi itu butuh keberanian dan kecerdikan luar biasa. Kita melihat bagaimana keberanian dan kesantunan bersanding dalam actus seorang Joko Widodo.
Secara berkelakar kita bisa bilang, Joko-isme (sebagai gagasan) atau joko-is-me. Joko adalah saya.
Hampir genap sepuluh tahun ia memimpin bangsa ini, kurun waktu yang sangat singkat untuk kerja yang teramat besar: membangun bangsa ini, menyiapkan fondasi yang kokoh menuju Indonesia emas. Namun jejak kerjanya bagi bangsa ini tak terbantahkan.
Ya, teramat singkat, waktu yang dilalui dalam kesibukan kerja… kerja… kerja… Menuntaskan pembangunan yang riil, yang hasilnya nyata di depan mata. Dikerjakan dengan sepenuh hati. Hadir kerja untuk rakyat.
Kita dengan jujur bisa merasakan perbedaannya tatkala menunggu waktu habis tatkala pemimpinnya cuma sekedar retorika, sementara guritanya mencekik pundi-pundi rakyat. Haus kekuasaan yang dipertontonkan secara telanjang, mementingkan citra diri serta keluarga dan kroni-kroninya. Duh, kapan ya dia diganti?
Jokoisme atau jokowisme, kalau mau lebih panjang lagi jadi jokowidodoisme. Apa-apa yang diimbuhi ‘isme’ jadi semacam paham, ide, gagasan, aliran atau arah pandangan.
Etos kerja Jokowi yang terbukti menghasilkan kemaslahatan bagi rakyat banyak adalah fakta lapangan. Dan survei tingkat kepuasan yang mencapai 82% adalah opini publik yang merupakan realitas politik yang berhasil ditangkap oleh survei.
Itu semua tak terbantahkan, membuat wibawanya semakin besar dan pendapatnya mempengaruhi publik.
Memang kerja besar itu belum selesai. Bahkan tidak akan selesai sampai hayat dikandung badan ini terbaring di keabadian. Tugas estafet harus kita diteruskan.
Terinspirasi oleh kerja baik Jokowi, secara natural rakyat telah menyetel standar baru bagi pemimpin Indonesia. Bahkan juga bagi pemimpin kawasan dan di tingkat dunia. Jokowisme atau apa pun namanya itu telah menjadi kosa kata baru dalam ilmu politik, atau standar tinggi dalam ilmu kepemimpinan dan manajemen.
Indonesia terinspirasi, bahkan dunia terinspirasi oleh Jokowi. Oleh kerja kerasnya, oleh kesantunannya. Baju putih polos itu.
Dari kata Latin ‘inspirare’ (to breathe or to blow int0), bernafas atau meniupkan nafas kehidupan. Jokowisme memberi semangat, spirit, kekuatan baru, optimisme bagi bangsa yang berjuang membangun demi rakyat. Jokowisme memberi inspirasi, semangat dan kekuatan baru untuk menjelang masa depan.
Untuk menjelang Indonesia yang hebat, Indonesia yang maju, tanah air yang membanggakan.
Komentar